TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Arif Hidayat Putra tidak lahir dari jalur yang disiapkan rapi. Karier wirausahanya dibangun dari serangkaian percobaan, kegagalan, dan keberanian untuk memulai ulang.
Ia memimpin Siloka Group sejak 2019 atau Kopi Siloka, mengembangkan Bakmi Wong Soe Gih sejak 2023, serta dipercaya sebagai Ketua Umum BPC HIPMI Kota Tasikmalaya masa bakti 2023–2026. Sosoknya dikenal sebagai penggerak di kalangan pengusaha muda. Namun di balik berbagai jabatan itu, Arif lebih suka menceritakan hal yang jarang muncul ke permukaan: jatuh bangun yang menempanya.
Perjalanannya bermula pada 2009 ketika ia masih mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Ekonomi—Akuntansi Universitas Widyatama (2005–2010). “IPK saya tidak pernah tiga. Nilai akuntansi paling bagus cuma B,” katanya.
Baca Juga:Cordela Suites Cianjur Diluncurkan, Hotel Bintang Empat Pertama di Cianjur, Hadirkan Standar Baru HospitalityBeli Kulkas Sharp, Pulang Membawa Mobil, Warga Ciamis Raih Hadiah Utama Program SLD Omotenashi 2025
Kesadaran bahwa ia mungkin tidak punya masa depan sebagai karyawan membuatnya mencari jalannya sendiri: berjualan keripik dan nasi kotak di kampus, lalu terjun ke dunia sulap. Hobinya itu membawanya bergabung dengan komunitas magic hingga dipercaya menjadi asisten bagi pesulap nasional Joe Sandi dan Danny Darko. Selama tiga tahun ia hidup dari panggung ilusi, belajar tentang kreativitas dan improvisasi secara langsung.
Selepas wisuda, Arif mulai fokus membangun usaha. Ia mencoba budidaya jamur tiram di Cianjur, memproduksi abon hingga dendeng jamur. Dua tahun bertahan, usaha itu tutup. Ia pindah ke konveksi—gagal. Membuat minuman susu almond—gagal. Membangun brand fashion Azzura Clothing—gagal lagi. Mendirikan usaha minuman baru, menjual baja ringan, hingga membantu yayasan—semuanya berakhir serupa.
“Total saya 13 kali bangkrut dalam 10 tahun. Mentor saya dulu bilang: bikin bisnis yang cepat bangkrut supaya cepat belajar. Baru terasa manfaatnya setelah dijalani,” tuturnya.
Di tengah perjalanan panjang itu, ada satu fakta menarik yang sering luput dari citra publiknya yakni Arif, pemilik kedai kopi ternama di Tasikmalaya, justru tidak bisa menikmati kopi dalam porsi penuh. Masalah lambung membuatnya hanya mampu mencicip sedikit untuk memastikan karakter rasa Siloka tidak bergeser. Untuk menjaga konsistensi, istrinya menjadi pengecap utama setiap kali ada racikan baru.
