“Kami siap berkolaborasi dengan semua pihak untuk mewujudkan hal tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, inisiator pengembangan kebun Indigofera, Luthfi Hizba Rusydia, menyampaikan bahwa peninjauan Bappelitbangda dilakukan untuk menyelaraskan program dengan RPJMD 2025–2029 yang memasukkan ekonomi hijau.
“Program ini selaras dengan program bupati dan wakil bupati Cecep-Asep, kebetulan di Desa Bojongkapol, Wandasari dan Cempakasari Kecamatan Bojonggambir dan Kecamatan Bantarkalong kita sudah action di lahan 100 hektar tanam pohon Indigofera,” ungkap Luthfi.
Baca Juga:Pemkot Tasikmalaya Lagi Bokek, Berharap Langit Cerah Sampai Akhir Tahun!Jelang Peringatan Hari Guru 2025, Ketua PGRI Kota Tasikmalaya: Ajang Refleksi Para Pendidik!
Ia menjelaskan bahwa gerakan menanam Indigofera berawal dari inisiatif masyarakat untuk ekonomi kerakyatan dan pertanian terpadu hingga akhirnya mendapat respons dari PLN.
“Kami mengajak peran dari pemerintah daerah, dan sekarang sudah langsung melihat dan merespon dengan positif. Setelah ditinjau ke lapangan ada kolaborasi untuk memenuhi kebutuhan pangan seperti Asta cita Presiden termasuk dan energi terbarukan,” tambah Luthfi.
Luthfi juga telah mengajukan agar proyek ini menjadi percontohan bagi desa-desa lain.
“Lahan dan tanaman Indigofera sudah ada di lahan 100 hektare, kandang domba dikelola kelompok tani dan hasil peternakannya sudah berkembang biak, termasuk masyarakat tanam tumpang sari cabe, jahe, di lahan Indigofera,” ungkapnya.
Ia berharap keberhasilan mengubah lahan tandus ini bisa direplikasi di seluruh desa di Kabupaten Tasikmalaya.
“Bahkan kami melihat lahan tandus menjadi produktif dengan tanaman Indigofera ini bisa menjadi lokasi wisata bagi masyarakat selain kebun teh Taraju, bisa menjadi lokasi edukasi bagi masyarakat maupun penelitian mahasiswa,” tambahnya. (Diki Setiawan)
