“Sedangkan kalau di dalam Jawa Barat boleh, akan tetapi jangan ada kata study tour dan jangan sampai memberatkan orang tua siswa,” ujarnya.
Ia mengimbau sekolah memilih program lain yang lebih bermanfaat dan relevan dengan pendidikan karakter.
Menurutnya, program Gapura Panca Waluya yang tengah digulirkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat merupakan alternatif yang lebih tepat. Terlebih, program tersebut menyediakan anugerah berupa apresiasi Rp 5 miliar dari Gubernur Dedi Mulyadi bagi sekolah yang mampu menampilkan inovasi terbaik. Ia menjelaskan bahwa konsep pendidikan karakter itu menekankan lima indikator, yaitu cageur (sehat lahir batin), bageur (baik hati dan berbudi luhur), bener (benar dan jujur), pinter (cerdas dan kompeten), serta singer (terampil dan cekatan).
Baca Juga:Pemkot Tasikmalaya Lagi Bokek, Berharap Langit Cerah Sampai Akhir Tahun!Jelang Peringatan Hari Guru 2025, Ketua PGRI Kota Tasikmalaya: Ajang Refleksi Para Pendidik!
“Tujuan untuk membentuk karakter siswa yang unggul dan seimbang. Misalnya menunjukkan video kebiasaan anak jalan kaki ke sekolah minimal 200 meter, melatih kakinya kuat dan bisa merasakan orang tak memiliki kendaraan sehingga timbul empati antar sesama atau kegiatan sekolah memiliki inovasi, seperti mengelola sampah dan kemandirian dengan wirausaha baik pertanian, peternakan, dan lainnya,” katanya.
Demikian juga dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Rojab Riswan, menyatakan daerah mengikuti penuh instruksi gubernur. Tidak ada study tour yang melibatkan sekolah dalam bentuk apa pun.
“Kami tetap menaati kebijakan Gubernur Jabar. Waktu senggang siswa diarahkan kepada kegiatan edukatif seperti gerakan kebersihan, peduli lingkungan, hingga kegiatan implementatif di sekolah,” ujarnya, Kamis (21/11/2025).
Ia menyebutkan, berbagai aktivitas siswa kini terdokumentasikan dan dipublikasikan melalui kanal media sosial Disdik sebagai bentuk transparansi serta pembuktian bahwa meski tanpa study tour, kegiatan edukatif tetap berjalan.
“Bisa dicek di media sosial kami. Banyak kegiatan sekolah yang sebelumnya kurang terpublikasi, kini terus kami tampilkan. Prinsipnya kami mengikuti arahan gubernur,” jelasnya.
Salahseorang orangtua siswa di salahsatu SMP Negeri di wilayah Cihideung, Hanin Nurariansyah (46) mengakui perlunya pengenalan dan pengalaman siswa untuk mengikuti study tour.
“Memang di saat kondisi ekonomi sekarang bagus juga ya tak perlu ada lagi tambahan biaya sekolah disamping kebutuhan yang pokoknya. Di sisi lain perpisahan juga kan begitu (dilarang, Red). Tapi kita harap juga ada pola dan kebijakan baru supaya anak bisa mendapat tambahan pengalaman menyiasati dilarangnya study tour tersebut,” ungkapnya.
