TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Dosen Universitas Bhakti Kencana (UBK) Tasikmalaya melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (Pengmas) bertema “Peningkatan Kesehatan Gizi Balita: One Day One Egg dengan Pendekatan Love Language.”
Kegiatan ini berlangsung pada 18 November 2025 di wilayah kerja Puskesmas Panglayungan, tepatnya di daerah Cikiara, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya.Kegiatan Pengmas ini diketuai oleh Novianti Rizki Amalia SST MKeb, dengan anggota Bdn Eneng Daryanti SST MKes, Ns Asep Mulyana SKep MKep PhD, Rikky Gita Hilmawan SKM MKM, H Deni Wahyudi SKep MKep, Ns Hj Euis Teti Hidayat MKM dan dr Fitriani Mardiana. Mahasiswa UBK juga turut serta, di antaranya Devi Rahmawati Hermansyah, Resty Anggraeni, Neng Yama Novia, dan Indra Lesmana.
Menurut Novianti, tantangan gizi di Indonesia semakin beragam. Selain kasus kekurangan dan kelebihan gizi, masalah gizi kronis seperti stunting masih menjadi perhatian serius.“Salah satu upaya pencegahan dilakukan melalui Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang memperhatikan mutu, keamanan pangan, serta kandungan gizi sesuai kebutuhan anak. Protein menjadi komponen penting karena berperan besar dalam pertumbuhan linier balita,” katanya.Telur dipilih sebagai intervensi gizi karena mengandung protein hewani lengkap, asam amino esensial, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan balita.
Baca Juga:Cordela Suites Cianjur Diluncurkan, Hotel Bintang Empat Pertama di Cianjur, Hadirkan Standar Baru HospitalityBeli Kulkas Sharp, Pulang Membawa Mobil, Warga Ciamis Raih Hadiah Utama Program SLD Omotenashi 2025
“Di wilayah Cikiara, telur juga mudah didapat berkat keberadaan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang membudidayakan ayam. Diharapkan, hasil telur tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat dengan menerapkan pola “one day one egg” bagi balita,” jelasnya.Selain persoalan gizi, Novianti menyoroti tantangan lain yaitu pola pendekatan orang tua dalam memberikan makanan kepada anak. Banyak ibu mengalami kesulitan karena anak sulit makan.
“Di sinilah konsep love language atau bahasa cinta berperan,” ucapnya. Love language membantu orang tua memahami cara terbaik berkomunikasi dan membangun kedekatan dengan anak. Lima aspek love language meliputi: words of affirmation, quality time, receiving gifts, acts of service dan physical touch.
“Ketika ibu memahami bahasa cinta anak, proses pemberian makanan menjadi lebih mudah. Anak merasa dihargai dan nyaman sehingga kebutuhan nutrisinya, termasuk program satu hari satu telur, dapat terpenuhi secara optimal,” ungkapnya.
