Sementara Pemkot memilih jalur komunikasi yang lebih diplomatis: Penanganan tetap berjalan sesuai kapasitas, dan koordinasi lintas instansi diperkuat.
Musim hujan diperkirakan memuncak dalam beberapa minggu ke depan. BPBD sudah bersiap—walau bersiap di atas anggaran yang nyaris kosong tentu bukan posisi ideal.
BTT yang menipis membuat Pemkot berada pada posisi serba terbatas. Mau menambah anggaran? Sudah lewat fase perubahan anggaran. Mau ambil dari pos lain? Terkunci aturan. Mau berharap ke provinsi? Prosesnya tidak instan.
Baca Juga:Jelang Peringatan Hari Guru 2025, Ketua PGRI Kota Tasikmalaya: Ajang Refleksi Para Pendidik!Gerak Cepat Bupati Tersendat Mesin Birokrasi, Diaspora Minta Pembenahan
Dengan opsi yang semakin menyempit, Pemkot hanya punya satu strategi yang benar-benar realistis: menjaga kota tetap aman semaksimal mungkin, sambil berharap langit tidak sedang iseng.
Jelang akhir tahun, Pemkot Tasikmalaya berada pada fase yang tidak biasa:
Anggaran darurat hampir kosong, sementara potensi bencana tidak pernah peduli pada kondisi keuangan pemerintah.
Tinggal Rp 50 juta. Itu bukan angka yang menenangkan. Di ruang-ruang rapat, para pejabat masih bekerja. Tapi di sudut pikiran mereka, ada harapan sederhana yang sama dengan rakyat biasa:Semoga Tasik baik-baik saja. Setidaknya, sampai APBD tahun depan cair. (red)
