“Video itu lama, direkayasa agar terlihat baru ketika saya tiba di Milan,” jelasnya.
Salah satu hal yang paling mengganggu Emerson adalah besarnya tekanan dari media Italia.
“Pers di Italia punya pengaruh besar. Apa yang mereka tulis berdampak langsung. Saya tidak menyadari hal itu sebelumnya,” ungkapnya.
Baca Juga:Suso Anggap Mustahil Prediksi Pemenang Derby della Madonnina: AC Milan dan Inter Berjuang untuk ScudettoKutukan Luka Modric Jelang Laga Kontra Inter Milan: Tak Pernah Cetak Gol dalam Derby
Kritik demi kritik yang datang bahkan sebelum ia tampil satu menit pun membuat keluarganya ikut tertekan.
“Saya tidak mudah tersinggung, tapi gelombang kebencian itu terasa menyakitkan,” bebernya.
Emerson menegaskan kepergiannya bukan karena klub, melainkan karena dirinya sendiri.
“Saya tidak bisa terus merasa seperti itu. Ketika cedera dan harus absen lama, perasaan ingin pergi semakin kuat. Saat hubungan saya dengan klub terasa renggang, saya tahu bertahan bukan pilihan,” tuturnya.
Meski mengakui Milan sebagai klub besar, Emerson secara jujur mengatakan tidak merindukan Italia.
“Negaranya indah, tapi saya tidak punya alasan untuk merindukannya,” tegasnya.
Meskipun begitu, Emerson memahami tuntutan suporter Milan dan meminta mereka lebih bijak dalam mengkritik pemain yang baru beradaptasi di Serie A.
“Saya menghormati mereka, tapi terkadang kritik itu berlebihan. Mendukung pemain sama artinya mendukung tim. Anda tidak bisa 100% setiap hari,” katanya.
Baca Juga:Sisi Menarik Jelang Duel Fiorentina vs Juventus: Nyonya Tua Habiskan Rp3,74 Triliun untuk Beli Pemain La ViolaAC Milan Lemah Hadapi Umpan Silang, Chivu Siapkan Dimarco jadi Senjata Pemungkas
Terakhir, Emerson mengaku mengagumi Massimiliano Allegri, tetapi menilai dirinya tidak cocok dengan sistem tiga bek yang dimainkan pelatih Milan tersebut.
“Saya suka Allegri, tapi secara taktik saya tidak cocok,” tutupnya.
