“Sering kali pertandingan seperti ini dipengaruhi oleh jeda internasional,” ulasnya tentang derby Milan.
Tak hanya Serie A, Breda juga menyinggung kondisi Serie B yang tengah memasuki fase menentukan.
“Monza menunjukkan kesabaran dan kini terlihat sebagai tim yang punya sesuatu lebih dibanding yang lain. Mereka memang tidak memiliki jarak kualitas sebesar Sassuolo dulu, tetapi tetap salah satu tim terkuat,” jelasnya.
Baca Juga:Pawang Baru Elang Lazio Diduga Simpatisan AC MilanJelang Derby della Madonnina, Marotta Takut dengan Kecerdikan Allegri
Ia kemudian menyoroti Palermo, yang sempat tersendat meski tampil menjanjikan di awal musim.
“Kejadian tersendat itu wajar. Namun sebagai kelompok, dengan pelatih yang mereka punya, Palermo memiliki semua yang diperlukan untuk tampil baik,” tambah Breda.
Sebagai mantan pelatih Perugia, Breda juga menanggapi situasi klub yang kini terjebak di papan bawah.
“Serie C itu keras. Banyak klub besar dengan sejarah panjang yang justru bisa terjebak dalam kesulitan. Bukan salah kotanya atau para suporter, tetapi dalam situasi sulit, faktor emosional bisa memperbesar segalanya,” tuturnya.
Menurut Breda, tekanan tradisi justru bisa menjadi beban tambahan, membuat kesalahan kecil terlihat seperti masalah besar.
Namun ia percaya bahwa fondasi klub-klub tersebut tetap kuat bila dikelola dengan kesabaran.
Dengan derby Milan yang menanti, sorotan kini tertuju pada apakah Inter dapat menjaga konsistensi atau justru kembali kesulitan menghadapi karakteristik Rossoneri yang hanya tertinggal dua poin dari mereka.
Baca Juga:Siasat AS Roma Hindari Bayar Komisi Agen untuk Datangkan Joshua ZirkzeeLazio Akan Korbankan Guendouzi, AC Milan Incar Bek Jangkung Asal Denmark
Sementara itu, komentar Breda menjadi pengingat bahwa dalam sepak bola Italia, dinamika tak hanya berlangsung di lapangan, melainkan juga di ruang ganti, ruang pers, hingga manajemen klub.
