TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Menjelang puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2025 di Kota Tasikmalaya pada 25 November, Ketua PGRI Kota Tasikmalaya, H Cecep Susilawan S.Pd. MM menyampaikan ajakan agar seluruh guru hadir, meluangkan waktu serta turut merayakan hari yang menjadi cermin perjalanan panjang profesi pendidik di kota ini.
Di ruang rapat sederhana yang menjadi saksi perbincangan para guru selama bertahun-tahun, Cecep mengutarakan alasan di balik seruan tersebut.
Baginya, Hari Guru bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan ruang bernapas bagi para pendidik—tempat untuk meneguhkan kembali komitmen dan merayakan kerja sunyi yang sering tak terlihat oleh publik.
Baca Juga:Gerak Cepat Bupati Tersendat Mesin Birokrasi, Diaspora Minta PembenahanDesa Tak Perlu Lagi Urus Infrastruktur, Pembangunan Jalan Desa di Jabar Bakal Diambil Alih Provinsi
“Hari Guru adalah momentum bagi kita untuk berhimpun, menyatukan langkah, dan mengingat kembali untuk siapa dan untuk apa kita mengajar. Saya mengajak seluruh guru di Kota Tasikmalaya untuk hadir di puncak acara ini,” ujarnya tenang.
Puncak peringatan yang akan digelar pekan depan tak hanya meriah, tetapi juga penuh refleksi: penghargaan bagi para pengabdi, testimoni perjalanan mengajar, hingga ruang dialog tentang masa depan pendidikan di tengah perubahan zaman yang bergerak cepat.
Dalam ajakan tersebut, Cecep menyelipkan permohonan maaf yang tampak keluar dari ruang kesadaran seorang pendidik.
Ia menyadari setiap jam seorang guru meninggalkan kelas berarti ada proses belajar yang tergeser.
“Kami memohon maaf kepada para murid dan orang tua apabila aktivitas belajar terganggu. Kami percaya bahwa momentum ini, meski menyita waktu, akan kembali kepada anak-anak juga—melalui guru-guru yang lebih kuat, lebih segar, dan lebih terinspirasi,” kata Cecep.
Beberapa sekolah telah bersiap mengatur ritme kegiatan belajar, memberikan penugasan mandiri atau memanfaatkan pembelajaran alternatif agar hari itu tak berlalu sia-sia bagi para siswa.
Di balik ajakan dan permohonan maaf itu, dia pun berpesan yang lebih dalam: profesi guru, meski dijunjung tinggi dalam banyak pidato, tetap berada di garis depan tantangan yang tidak ringan—administrasi menumpuk, fasilitas yang tak selalu memadai dan kewajiban beradaptasi dengan teknologi yang bergerak lebih cepat dari kurikulum.
