Wali Murid Keluhkan Acara Peringatan Hari Guru di Bungursari Kota Tasikmalaya

hari guru nasional di bungursari kota tasikmalaya
logo Hari Guru 2025
0 Komentar

“Iya, kami sebelumnya memang sudah dikoordinasikan,” ungkapnya.

Dijelaskan H Cecep, hari guru merupakan momen yang khusus bagi para pendidik sehingga dua tahun sekali selalu diperingati dengan berbagai kegiatan.

Soal mengorbankan pembelajaran menjadi daring, menurutnya pengurus PGRI Kecamatan Bungursari punya alasan khusus.

“Salah satunya karena waktu yang sudah mepet, jadi dikejar waktu, dan faktor lainnya karena itu kebijakan masing-masing cabang,” ungkapnya.

Baca Juga:Syarat-Syarat Pengajuan Bantuan Rumah Tidak Layak Huni di Kota TasikmalayaMembaca Tangga Kepangkatan Polisi dan Padanannya di Dunia Kerja: Agar Tak Salah Menilai “Level”

Soal munculnya keluhan para orang tua siswa, H Cecep memohon maaf dan pengertiannya. Menurutnya wajar jika para guru ingin ada kemeriahan yang diperingati dengan kegiatan 2 tahun sekali.

“Karena ini momen yang muncul 2 tahun sekali,” terangnya.

Soal langkah yang diambil terhadap polemik ini, pihaknya tidak bisa menyalahkan pengurus PGRI Kecamatan Bungursari. Namun ini akan menjadi catatan perbaikan ke depannya, supaya ada alternatif penyelenggaraan di akhir pekan.

“Ini jadi catatan kami, selanjutnya kita upayakan supaya tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar,” imbuhnya.

Legal tapi Kontroversial

Surat PGRI Kecamatan Bungursari jelas, distempel, dan rapi. Tapi isi dan dampaknya membuat warga khususnya wali murid bertanya-tanya: Apakah untuk memperingati profesi mulia guru, anak didik harus dikorbankan?

Kegiatan gerak jalan santai itu memang positif. Tapi masyarakat menilai waktunya justru kontraproduktif. Beberapa orang tua merasa keputusan ini menunjukkan adanya jurang prioritas: perayaan lebih didahulukan dibanding pembelajaran.

“Kalau guru punya kegiatan, oke. Tapi kenapa selalu jam belajar yang dikorbankan?” keluh seorang ayah murid. “Kalau murid bolos sekali saja, langsung dipanggil BP. Tapi kalau sekolah yang bolong? Ya lewat.”

Para guru sendiri sebagian mengaku hanya mengikuti instruksi organisasi. Mereka tidak ingin dipandang sebagai sosok yang “mengabaikan siswa”, tapi suara masyarakat sudah terlanjur bising.

Baca Juga:Butuh Kerja Nyata Bukan Pencitraan Kamera, Empat Kadis Baru di Kota Tasikmalaya Dipelototi PublikAdu Kuat Jejaring Pusat: Benarkah Sekda Tasikmalaya M Zen Akan Diganti?

“Peringatan Hari Guru itu momentum, tapi dampaknya harus dipikirkan,” kata seorang guru yang tak enak hati melihat muridnya kembali belajar daring tanpa persiapan.

Guru memang manusia. Tapi sistem yang membiarkan murid belajar seperti penumpang cadangan—itu yang menjadi masalah.

0 Komentar