Wabah Penyakit Mulut dan Kuku di Kabupaten Garut Masih Menghantui

Penyakit Mulut dan Kuku di Kabupaten Garut
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Garut, Ir H Beni Yoga Gunasantika MP. (Agi Sugiana/Radartasik.id)
0 Komentar

GARUT, RADARTASIK.ID – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Garut masih menghantui para peternak peternak sapi, kerbau, domba, dan kambing.

Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku di Kabupaten Garut ini masih masif dan ternak terserang lebih cepat.

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Garut, Ir H Beni Yoga Gunasantika MP, mengatakan, sepanjang ada distribusi ternak dari luar potensi PMK tetap ada.

Baca Juga:Honda Bikers Day Ke-14 di Garut: Mengobati Kerinduan, Memperkuat Persaudaraan Pembebasan Lahan Tol Getaci di Garut Baru Tuntas Lima Desa, Sebentar Lagi Garap Desa Cangkuang

”Potensi PMK-nya tetap masih ada,” ungkap Beni Yoga, Rabu, 19 November 2025.

Ia menyebut, setiap tahun pihaknya selalu menyediakan vaksin PMK.

Terlebih Kabupaten Garut masih menerima ternak dari luar.

Meski demikian, pihaknya terus mengupayakan untuk bisa mengendalikan kasus PMK.

”Tinggal kita mengupayakan supaya itu bisa dikendalikan,” katanya.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku di antaranya melakukan pemeriksaan ternak di pintu masuk Kabupaten Garut.

Kemudian mendampingi masing-masing kandang di wilayah binaannya untuk melakukan vaksinasi.

Ia menyampaikan, selama tahun 2025 pihaknya menyediakan sebanyak 25.000 dosis vaksin.

”Tahun 2025 hampir 25.000 ribu vaksin dari APBD Garut, APBD Provinsi dan bantuan dari Pemerintah Pusat,” katanya.

Selain itu, bantuan corporate social responsibility (CSR) perusahaan swasta.

”Sekarang (kasus PMK) relatif terkendali ya, kemarin terakhir kita hanya sekitar di bawah 100, kita masih terus kendalikan,” katanya.

Kalaupun ada hewan ternak yang bergejala ekstrem, Diskanak langsung melakukan karantina.

Hewan ternak yang terpapar PMK akan dipisahkan dari lain agar tidak menyebar.

”Sekarang sudah lebih terstruktur, sudah lebih terkendali karena peternak sudah mulai agak terbiasa, jadi kalau ada gejala langsung ditangani,” ujarnya. (Agi Sugiana)

0 Komentar