Insting Spalletti dan Jurang Metodologi
Jika ditarik pada empat prinsip Comolli, tugas Spalletti menjadi semakin rumit. Ia harus menyesuaikan diri dengan struktur yang sangat “ilmiah” dan berbasis angka, sementara gaya kepelatihannya cenderung mengandalkan sentuhan manusia.
Poin pertama dan kedua mengisyaratkan bahwa pelatih wajib tunduk pada filosofi klub, termasuk dalam urusan transfer.
Inilah alasan kontrak Spalletti dibuat hanya berdurasi delapan bulan, hingga Juni 2026—periode yang dianggap cukup untuk mengukur apakah kolaborasi dua pendekatan ini dapat berjalan harmonis sebelum melanjutkan atau berpisah.
Baca Juga:Siapakah Luciano Juba? Mantan Kuli Angkut yang Dipanggil Carlo Ancelotti ke Timnas BrasilBeppe Marotta: Chivu Lebih Baik dari Jose Mourinho
Sementara itu, poin ketiga dan keempat mengenai pemilihan pemain menyoroti perbedaan yang lebih tajam.
Comolli percaya pada data sebagai kompas utama. Sebaliknya, figur seperti Spalletti—yang sejak lama bekerja dengan direktur olahraga seperti Walter Sabatini—lebih mengandalkan intuisi, pengamatan langsung, dan penilaian manusia yang tak bisa dihitung dengan angka.
Pertanyaannya kini: apakah dua dunia ini dapat disatukan? Comolli ingin Juventus bergerak seperti mesin yang efisien, sementara Spalletti ingin bekerja dengan cara ia mengenal sepak bola: lewat dinamika manusia.
Pada akhirnya, intuisi tak bisa dihapus begitu saja. Lionel Messi (lahir 24 Juni) dan Cristiano Ronaldo (5 Februari), dua pemain terbesar sepanjang masa, lahir sebelum Agustus.
Seandainya Comolli menerapkan aturannya sejak dulu, apakah ia akan melewatkan talenta seperti mereka?
Jawabannya akan terletak pada perjalanan Juventus musim ini—apakah “aturan Comolli” mampu berpadu dengan sentuhan tangan dingin Spalletti untuk membawa kembali kejayaan Bianconeri.
