RADARTASIK.ID – Sampai Titik Terakhirmu (2025) menjadi salah satu film paling emosional tahun ini, menyoroti kisah nyata pasangan Albi Dwizky dan Shella Selpi Lizah, yang harus menghadapi ujian hidup berupa penyakit kanker ovarium.
Disutradarai oleh Dinna Jasanti, film ini bukan sekadar drama romantis, tetapi juga surat cinta tentang ketulusan, kehilangan, dan keberanian untuk terus hidup.
Sinopsis Film Sampai Titik Terakhirmu
Film ini mengisahkan perjalanan Albi Dwizky (Arbani Yasiz) dan Shella Selpi Lizah (Mawar de Jongh), pasangan muda yang hidupnya berubah ketika Shella divonis menderita kanker ovarium stadium lanjut.
Baca Juga:Ulasan Dear X, Drama Korea Thriller yang Mengupas Sisi Gelap Sifat ManusiaReuni Park Seo Joon dan Won Ji An di Drama Korea Surely Tomorrow, Ini Jadwal Tayangnya!
Meski sakit, Shella tetap berusaha menjaga semangat hidupnya, sementara Albi berjuang keras untuk tetap kuat di sisinya, menolak menyerah pada rasa takut kehilangan.
Dalam trailer berdurasi 2 menit 21 detik, penonton disuguhi momen-momen haru ketika Albi menemani Shella menjalani pengobatan, menenangkan istrinya di saat-saat terlemah, dan menciptakan kenangan kecil yang begitu berarti.
Cuplikan kilas balik dari masa bahagia mereka menambah lapisan emosi yang sulit dilupakan.
Daya Tarik Film Sampai Titik Terakhirmu
1. Akting Memukau Mawar de Jongh dan Arbani Yasiz
Salah satu kekuatan utama film Sampai Titik Terakhirmu adalah penampilan Mawar de Jongh sebagai Shella.
Aktris muda ini berhasil menampilkan sosok penyintas kanker dengan penuh empati dan ketulusan.
Ia tidak hanya memerankan karakter yang sakit secara fisik, tapi juga memperlihatkan perjuangan batin seorang perempuan yang mencoba berdamai dengan kenyataan.
Chemistry-nya dengan Arbani Yasiz terasa alami dan tulus.
Setiap tatapan, percakapan, dan pelukan di antara mereka menghadirkan cinta yang sederhana namun begitu mendalam.
Baca Juga:Preview Spirit Fingers Episode 7 dan 8, Hubungan Canggung Park Ji Hu dan Cho Jun Young5 Mobil Listrik dengan Biaya Kepemilikan Paling Murah di Indonesia
Banyak penonton yang mengaku sulit menahan air mata sepanjang film, terutama ketika melihat bagaimana Albi tetap tegar meski hatinya hancur perlahan.
2. Visual Lembut dan Soundtrack yang Menggetarkan
Secara teknis, film ini tampil dengan sinematografi yang membumi dan lembut.
Penggunaan teknik superimposition atau third shot di beberapa adegan memberikan efek puitis yang memperdalam emosi penonton.
Setiap gambar terasa seperti potongan kenangan yang hidup kembali, hangat, menyakitkan, tapi indah untuk dikenang.
