“Saya kasih saran ke pemerintah daerah, coba bangun kawasan industri. Jadi jangan biarkan pengusaha cari tempat sendiri ke Tasik, gak akan mau. Kalau tempat lain sudah menyediakan. Jadi siapkan kawasan industri dan promosikan kepada mereka. Dan mereka akan tertarik dengan segala kebijakan yang dibuat pemerintah. Itu dilakukan oleh Subang,” jelasnya.
Ia mencontohkan bagaimana pemerintah daerah lain secara proaktif menyiapkan lahan, memberikan kemudahan perizinan, serta jaminan keamanan investasi, sehingga menarik industri besar untuk relokasi. Sementara di Kota Tasikmalaya, proses perizinan yang panjang dan ketiadaan kawasan industri justru membuat investor ragu.
“Kalau di Kota Tasik kan menunggu investor datang, nanti mereka cari tanah dulu, harus ngurus izin dulu, belum diganggu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya ya mereka mundur,” ungkapnya.
Baca Juga:Viral Warga Pangandaran Sakit di Taiwan, Memelas Minta Dijemput ke Gubernur Jabar, Eh Ternyata BeginiRahasia Jabatan Abadi di Kota Tasikmalaya: Ketika Kursi Lebih Setia dari Kepala Daerah!
Menurut Yuhendra, membangun kawasan industri bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal keberpihakan dan kemauan politik. Dengan adanya kawasan industri, ribuan lapangan kerja bisa terbuka, dan arus ekonomi lokal akan lebih dinamis. Tanpa itu, visi Tasikmalaya sebagai kota industri hanya akan tetap menjadi slogan yang diulang setiap periode pemerintahan.
Yuhendra berharap, ke depan pemerintah lebih serius dalam menyiapkan langkah-langkah strategis, termasuk membuka dialog dengan pelaku usaha dan serikat pekerja, agar arah pembangunan industri di Kota Tasikmalaya tidak berhenti di wacana. (Ayu Sabrina)
