TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Setiap kali ada pelantikan pejabat baru di lingkungan pemerintah Kota Tasikmalaya, satu nama hampir pasti disebut —bukan karena baru diangkat, tapi karena tak pernah tergeser.
Dialah Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BPKSDM) Gungun Pahlagunara yang sudah melewati lima kepala daerah, dan masih tetap di kursinya.
Publik kerap bertanya-tanya: apa rahasianya bisa sekuat itu? Apakah karena prestasi luar biasa, atau karena permainan halus di balik meja kekuasaan?
Baca Juga:54 Orang Terluka dalam Insiden Ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Sebagian Besar Pelajar2 Pipa PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya Putus Akibat Longsor, Pasokan Air ke Beberapa Wilayah Ditutup Sementara
Di atas kertas, rekam jejaknya memang nyaris tanpa cela. Dinas yang ia pimpin kerap mendapat penghargaan —mulai dari tingkat provinsi hingga nasional.
Laporan kepegawaian dan program kerja selesai tepat waktu, dan indikator kinerja daerah tak pernah merah.
Beberapa kali pula pernah menjadi pembicara dalam forum kepala dinas. Sebuah reputasi yang membuatnya sulit digantikan —setidaknya secara formal.
Namun di balik data yang indah itu, ada pula cerita lain. Banyak yang menilai, ia bukan hanya bekerja cerdas, tapi juga cermat menjaga keseimbangan politik.
Saat kepala daerah berganti, ia cepat menyesuaikan diri. Saat kebijakan berubah arah, ia ikut mengalir. Ia tahu kapan harus tampil dan kapan harus diam.
“Dia punya insting politik yang kuat, Itu lebih penting dari sekadar angka kinerja.”ujar seorang pejabat di Pemkot Tasikmalaya.
Dinas yang ia pimpin memang terbilang strategis —bersentuhan langsung dengan kepegawaian dan citra pemerintah. Sehingga memiliki kepala dinas yang stabil menjadi kebutuhan banyak kepala daerah.
Baca Juga:Kadis Abadi Nan Jaya! Kursi BKPSDM Tak Pernah Tergoyahkan Setelah Lima Kepala Daerah BergantiSidang Perdana di PN Bandung, Endang Juta Ngaku Sakit Lambung
“Dia selalu jadi jembatan antara kepentingan politik dan administrasi, sehingga tanpa banyak bicara, tapi selalu mengamankan situasi,” ujarnya sembari menyeruput secangkir kopi hitam.
Kinerja administratif, loyalitas terhadap atasan, dan kemampuan membaca arah angin —tiga hal itu membuatnya seperti “tak tergantikan”.
Bahkan ketika muncul informasi promosi, mutasi dan rotasi namanya tak pernah benar-benar digoyang.
“Kalau semua lancar dan tidak bikin masalah, kenapa harus diganti?” begitu logika yang sering terdengar di koridor pemerintahan.
