Menurutnya, rumah keluarga Agus memang sudah lama masuk dalam data keluarga tidak mampu.
Ia bahkan sempat mengajukan agar rumah tersebut mendapat bantuan program Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni), namun terkendala oleh masalah administrasi dan aturan teknis.
”Dari dulu rumah ini sudah diajukan ke Rutilahu, tapi terkendala regulasi. Mereka memang tidak mampu, satunya pedagang makanan, satunya tukang parkir,” jelasnya.
Baca Juga:Kelola Laporan Keuangan dengan Software Penagihan dan FakturJabatan Abadi: Sang Pelaksana Segala Tugas di Kota Tasikmalaya!
Asep menambahkan, setelah rumah Agus roboh, kekhawatiran meluas ke rumah-rumah di sekitarnya.
”Karena posisinya berdekatan, tetangga belakang juga khawatir. Akhirnya kami sepakat merobohkan bagian rumah yang rawan secara sengaja agar tidak membahayakan,” tuturnya.
Pihak RW bersama warga kini masih berusaha mencari solusi agar Agus dan keluarganya bisa kembali memiliki tempat tinggal yang layak.
”Kami ingin membantu semampunya, tapi masyarakat juga terbatas. Kami berharap pemerintah bisa segera turun tangan,” ungkap Asep.
Bagi Agus, rumah yang kini tinggal kenangan itu bukan sekadar tempat berteduh, melainkan simbol warisan keluarga yang telah bertahan lintas generasi.
Kini, di tengah reruntuhan dan keprihatinan, harapannya hanya satu, agar ada tangan yang terulur membantu membangunkan kembali rumah kecil yang pernah ia sebut rumah. (Ayu Sabrina Barokah)