RADARTASIK.ID – Perjalanan panjang Inter Milan di Liga Champions musim ini akan membawa mereka ke tempat yang tak biasa: menghadapi Kairat Almaty, wakil Kazakhstan yang menjadi satu-satunya tim Asia di kompetisi elite Eropa.
Setelah menyapu bersih tiga laga pertama dengan sembilan poin, skuad asuhan Cristian Chivu kini bersiap menyambut ujian baru.
Kairat Almaty bukan lawan berpengalaman di panggung Eropa, namun kisah perjalanan mereka menuju Liga Champions adalah salah satu yang paling menarik di antara peserta musim ini.
Baca Juga:Lini Serang Urutan Kesebelas di Serie A, Roma Butuh Penyerang Baru Jika Ingin Raih ScudettoWasit Guida Tendang Saelemaekers karena Lakukan Selebrasi Usai Dybala Gagal Eksekusi Penalti
Tim ini baru saja mencatat poin pertama mereka usai menahan imbang sesama debutan, Pafos FC dari Siprus, 0-0.
Kairat Almaty berasal dari kota Almaty, di tenggara Kazakhstan—wilayah yang secara geografis berada di antara Eropa dan Asia, hanya sepelemparan batu dari perbatasan Tiongkok dan Kirgistan.
Kota ini adalah pusat ekonomi dan budaya negara, terkenal dengan pemandangan pegunungannya yang megah serta apel merah khas Almaty.
Secara simbolis, Kairat menjadi jembatan nyata antara dua benua, sekaligus wajah modern Kazakhstan di sepak bola Eropa.
Didirikan pada 1954 dengan nama Lokomotiv Alma-Ata, klub ini berganti nama menjadi Kairat dua tahun kemudian—kata yang berarti “kekuatan” dalam bahasa Kazakh.
Warna kuning-hitam mereka melambangkan energi dan keberanian.
Pada masa Uni Soviet, Kairat menjadi tim Kazakhstan pertama yang berlaga di kasta tertinggi Liga Uni Soviet dan sempat finis di peringkat ketujuh pada 1986.
Namun, setelah bubarnya Uni Soviet, mereka sempat terpuruk. Krisis finansial membuat Kairat nyaris bangkrut pada 2006 dan akhirnya terdegradasi pada 2009.
Baca Juga:Fabio Capello: AS Roma Cuma Hebat di Babak PertamaSandro Sabatini: Mike Maignan Buat Milan Tertawa dan Roma Menangis
Kebangkitan mereka dimulai setelah sekelompok investor swasta menyuntik dana sekitar USD 4 juta untuk menyelamatkan klub. Dari situ, Kairat memulai era baru dengan visi jangka panjang.
Kairat bangkit lewat strategi modern: menggabungkan pemain muda lokal dengan pemain asing berpengalaman.
Fokus mereka terutama ke pasar Brasil, menghasilkan kolaborasi unik yang memperkaya gaya bermain klub.
Sosok Vágner Love, mantan penyerang CSKA Moskow, sempat menjadi ikon awal kebangkitan tersebut saat membawa Kairat tampil di UEFA Conference League.
