RADARTASIK.ID – Jurnalis Italia, Sandro Sabatini, menilai penyelamatan penalti Mike Maignan atas tendangan Paulo Dybala menjadi momen yang membuat AC Milan tertawa dan AS Roma menangis.
Dalam kolom editorialnya di Calciomercato, Sabatini menulis bahwa kemenangan Milan memang layak dirayakan, tetapi Roma juga harus menanggung kesalahan yang terlalu banyak.
Dini hari tadi, Milan meraih kemenangan krusial yang penuh perjuangan, namun tetap terasa heroik.
Baca Juga:Gagal Eksekusi Penalti ke Gawang AC Milan, Dybala Menangis di Bangku CadanganSelamatkan Penalti Dybala, Media Italia Sebut Mike Maignan Kenakan Jubah Batman
Kemenangan ini membuat tim asuhan Massimiliano Allegri menyamai poin Roma asuhan Gian Piero Gasperini di posisi kedua klasemen bersama Inter.
Pemuncak klasemen, Napoli kini hanya unggul satu poin dan mulai mendapat tekanan kuat dari tiga tim tersebut.
Menurut Sabatini, bintang utama dalam laga itu tentu saja Rafael Leao yang tampil luar biasa, tetapi Milan juga bisa berterima kasih pada Nkunku yang tampil mengejutkan di lini depan.
Ia juga memuji Pavlovic yang agresif di pertahanan, dan terutama Mike Maignan yang menjadi penentu.
Penyelamatan gemilangnya terhadap penalti Dybala di menit ke-81 membuat Milan tertawa puas dan Roma tenggelam dalam kesedihan.
Sabatini menilai sulit menggambarkan dengan kata-kata bagaimana dominannya Roma di awal laga. Dalam 25 menit pertama, tim asuhan Gasperini benar-benar menguasai permainan.
Milan bahkan kesulitan mempertahankan bola di tengah lapangan dan beberapa kali kehilangan ritme di area mereka sendiri.
Baca Juga:AC Milan Tumbangkan AS Roma: Media Italia Sanjung Penampilan Pavlovic dan Maignan, Dybala Diberi Nilai 5Debut Manis Spalletti di Juventus: Marahi Thuram karena Perlambat Tempo, Minta Vlahovic Diberi Bola Udara
Namun, keunggulan permainan itu justru rusak oleh terlalu banyak kesalahan individu — terutama dari Ndicka dan Dybala.
“Awal yang penuh semangat ala Gasperini berubah menjadi bencana karena kesalahan kecil yang terus berulang,” tulis Sabatini.
Roma dilihatnya seolah membangun permainan dengan indah hanya untuk menghancurkannya sendiri di akhir serangan.
Setelah badai tekanan dari Roma mereda, Milan menemukan ritmenya. Rafael Leao memanfaatkan ruang kosong di sisi kiri, melewati Mancini dan mengirim umpan matang yang diselesaikan Pavlovic menjadi gol pembuka.
Sejak gol itu, psikologi pertandingan berbalik arah dan Milan mulai memegang kendali permainan. Allegri bahkan terlihat marah karena peluang emas dari Fofana yang terbuang.
