TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Setiap kali langit Kota Tasikmalaya murka, jalan-jalan di pusat kota berubah jadi sungai kecil.
Bukan karena air bah dari gunung, tapi karena genangan yang tak kunjung terselesaikan — meski sudah bertahun-tahun dikeluhkan warga.
Hujan deras pada Sabtu (1/11/2025) itu hanya berlangsung sekitar satu jam. Namun, tak butuh waktu lama untuk Jalan Hz Mustofa, area Dadaha, dan sekitarnya kembali digenangi air setinggi mata kaki.
Baca Juga:Upayakan Perbaikan Stadion Wiradadaha Kota Tasikmalaya, Bisa Dipakai Persikotas FC untuk Pertandingan KandangPersikotas FC Jaga Kepercayaan Diri Lawan Persitas, Derby Tasikmalaya Membuka Liga 4 Seri 1 Jabar 2025
Kendaraan melambat, pedagang kaki lima tergesa menyingkirkan dagangan, dan pejalan kaki mencari pijakan kering yang hampir tak ada.
“Kalau sudah begini, kami cuma bisa pasrah. Air pasti meluap ke trotoar,” ujar Yati (42), pedagang pakaian di kawasan Cihideung yang setiap musim hujan harus menata ulang lapaknya agar tidak terendam.
Bagi warga, genangan air di jantung kota bukan lagi kejutan baru — tapi kenyataan lama yang diulang setiap musim hujan.Masalah klasik: drainase tersumbat, gorong-gorong dangkal, dan perilaku warga yang masih membuang sampah sembarangan.
Namun, sebagian warga menilai akar persoalannya bukan hanya di saluran air, tapi juga pola pembangunan kota yang tak terencana.
Trotoar diperbaiki, jalan diaspal ulang tapi saluran di bawahnya tetap dibiarkan penuh sedimen dan plastik.
“Sudah ada proyek drainase, tapi hasilnya tetap sama. Air tetap naik ke jalan,” keluh Rudi Herdiat, pengemudi ojek daring yang nyaris tergelincir karena genangan air di pertigaan Dadaha.
Sore itu, air memantulkan lampu toko dan suara klakson berbaur dengan cipratan roda kendaraan. Anak-anak tampak berlarian di tengah genangan, sementara seorang ibu muda menuntun motornya dengan celana tergulung hingga lutut.
Baca Juga:Ini Cerita ASN Kota Tasikmalaya yang Naik Jabatan Meski Terseret Isu Asusila!DILANTIK! 113 Pejabat Pemkot Tasikmalaya Dapat Promosi, 79 Geser
Tasikmalaya, kota yang dijuluki Kota Santri, terlihat seperti lautan kecil di antara bangunan-bangunan beton yang terus tumbuh.
Sementara itu, data Dinas PUPR Kota Tasikmalaya menunjukkan sebagian besar saluran di pusat kota sudah berusia puluhan tahun dan belum diperbarui secara menyeluruh.
Urbanisasi cepat dan alih fungsi lahan memperparah daya serap tanah, sementara curah hujan di wilayah Priangan Timur cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
