Momen Sumpah Pemuda, Ribuan Anak Muda di Kota Tasikmalaya Malah Diselimuti Kecemasan Soal Lapangan Kerja

0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di tengah gegap peringatan Hari Sumpah Pemuda, ribuan anak muda di Kota Tasikmalaya justru diselimuti kecemasan lain: tentang masa depan dan pekerjaan.

Mereka datang dari berbagai penjuru kota, berkeliling dari satu stan ke stan lain di bursa kerja, menenteng map berisi ijazah dan harapan. Namun dibalik semangat itu, situasi ekonomi yang tidak menentu membuat persaingan semakin ketat.

Bagi sebagian pencari kerja, perjuangan tak hanya soal mencari posisi yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan. Apalagi penyandang disabilitas, beban mereka terasa berlipat ganda karena mesti bersaing di pasar kerja yang belum sepenuhnya inklusif.

Baca Juga:Masih Tak Percaya Bos Pasir Galunggung Ditahan, Netizen: Maenyak Loba Duit Dipenjara?Sindiran Gubernur Jabar untuk Pangandaran: Wajah Bupati Glowing Tapi Wilayahnya Banyak Sampah Berserakan

Data Dinas Ketenagakerjaan Kota Tasikmalaya mencatat, hingga sepanjang tahun 2025 ini ada 2.477 pencari kerja terdaftar. Dari jumlah itu, program Hayu Gawe baru mampu memfasilitasi 121 orang untuk bekerja.

Di luar angka resmi itu, masih banyak yang belum tercatat karena belum memproses pembuatan kartu kuning yang menjadi syarat melamar di instansi formal.

Sementara menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka di Kota Tasikmalaya pada tahun 2024 mencapai 6,49 persen, atau sekitar 20 ribu orang.Sebagian besar di antaranya adalah usia produktif: para pemuda yang hari ini seharusnya menjadi penggerak ekonomi.

Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, tak menutup mata terhadap kenyataan itu. Seusai memimpin upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Bale Kota Tasikmalaya, Selasa (28/10/2025), ia mengingatkan pentingnya ketahanan mental di tengah kerasnya dunia kerja.

“Pemuda harus bisa bergerak dengan tulus, memajukan kotanya. Tujuannya untuk membuat Kota Tasikmalaya unggul,” ujarnya.

Menurut Viman, dibutuhkan solusi menyeluruh agar persoalan pengangguran tak hanya dijawab dengan pelatihan semata. Pemerintah daerah, katanya, tengah menyiapkan pola link and match antara kebutuhan dunia kerja dan kompetensi lulusan lembaga pendidikan.

“Bukan hanya pemberdayaan, tapi juga harus ada kesesuaian antara kebutuhan industri dan kemampuan para pencari kerja,” katanya.

Baca Juga:Guru Ikut Bimtek, Siswa Belajar Mandiri Tiga Hari, Orang Tua Keluhkan Dampak Pelatihan KKG di Bungursari!Polda Jabar Benarkan Bos Pasir Galunggung Sudah Ditahan Sejak Lama, Berkas Kasusnya Sudah P21

Ia menyebut program Hayu Gawe sebagai salah satu prioritas. Program ini memfasilitasi pertemuan antara perusahaan dan pencari kerja secara daring, dan ke depan akan dikembangkan dengan fitur QR Code agar lebih mudah diakses.

0 Komentar