TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tidak lagi dipandang sebatas pelaksana kegiatan pemerintah: menata administrasi, menggelar penyuluhan, atau mendukung program keluarga. Saat ini mereka menjadi pasukan perang melawan kekerasan seksual.
Seperti diketahui, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) mencatat ada 170 kasus kekerasan perempuan dan anak, sepanjang Januari hingga awal Oktober 2025. Sebagian besar merupakan kekerasan seksual, baik di lingkungan keluarga maupun pendidikan.
Angka itu menjadi alarm keras bagi semua pihak, termasuk PKK, yang selama ini berakar langsung di masyarakat.
Baca Juga:Masih Tak Percaya Bos Pasir Galunggung Ditahan, Netizen: Maenyak Loba Duit Dipenjara?Sindiran Gubernur Jabar untuk Pangandaran: Wajah Bupati Glowing Tapi Wilayahnya Banyak Sampah Berserakan
Di bawah kepemimpinan dr. Elvira Kamarrow Putri, PKK tampil lebih berani mengambil peran nyata dalam mencegah dan menangani kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, isu yang selama ini kerap dianggap terlalu sensitif untuk disentuh organisasi masyarakat.
“Kami sedang gencarkan pembinaan karakter, khususnya lewat Pokja 1 PKK. Kami turun ke RW-RW untuk benar-benar membina keluarga di era digital ini. Tujuannya jelas: menekan angka kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak,” ujar Elvira, Ketua TP PKK Kota Tasikmalaya sekaligus istri wali kota, usai mengikuti upacara Hari Sumpah Pemuda di Bale Kota Tasikmalaya, Selasa (28/10/2025).
PKK kini tidak lagi sebatas pelaku promosi program pemerintah, tetapi menjadi garda pencegahan pertama di tengah masyarakat. Para kader dilatih untuk mengenali tanda-tanda kekerasan seksual dan memahami alur pelaporan ke UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) agar penanganan bisa lebih cepat dan aman.
“Kalau ada laporan ke PKK, kami langsung arahkan ke UPTD PPA. Kami pastikan korban merasa aman dan kerahasiaannya terjaga,” jelas Elvira.
Sebagai upaya memperkuat kapasitas, PKK Tasikmalaya juga menggandeng aktivis dan praktisi perlindungan perempuan. Salah satunya, Direktur Taman Jingga, lembaga yang berpengalaman menangani korban kekerasan seksual.
“Kami ajak mereka masuk ke PKK, supaya kader paham bagaimana langkah preventif dan promotif dilakukan. Tidak hanya teori, tapi praktik langsung di lapangan,” tambahnya.
Selain menyasar keluarga, PKK juga mulai masuk ke sekolah-sekolah lewat program “PKK Goes to School”. Di tingkat sekolah dasar, kegiatan ini berfokus pada edukasi anti-bullying dan anti-kekerasan seksual antar teman sebaya.
