Hal itu juga yang kini terlihat di tangan Chivu. Ia mewarisi tim yang masih kuat secara struktur dari Simone Inzaghi, namun berhasil menanamkan semangat baru tanpa mengubah sistem yang sudah berjalan.
Salah satu langkah pentingnya adalah menyelesaikan konflik internal antara Lautaro Martinez dan Hakan Calhanoglu yang berujung pada pelukan di media sosial.
Chivu juga mulai menaruh kepercayaan pada pemain muda, sesuatu yang jarang dilakukan Inzaghi.
Baca Juga:Juventus Terpuruk karena Manajemen Gagal Dapatkan Pemain yang Diinginkan TudorHancurkan Ajax 5-1, Dua Pemain Chelsea Berebut Menjadi Pencetak Gol Termuda di Liga Champions
Nama Pio Esposito menjadi contoh nyata: pemain 19 tahun itu kini tampil reguler dan bahkan mencetak gol penentu di Eropa.
Bagi Capello, melihat Chivu di jalur ini terasa seperti deja vu. Ia tahu bagaimana rasanya dipandang sebelah mata, lalu membalikkan semuanya lewat hasil dan mentalitas tim yang tangguh.
“Dalam sepak bola, kamu tidak selalu harus menjadi revolusioner. Kadang cukup membuat para pemain percaya lagi,” kata Capello menutup komentarnya.
Apakah Chivu akan mengikuti jejak sukses Capello dan menjadikan Inter kekuatan dominan baru di Eropa? Masih terlalu dini untuk memastikan.
Namun jika melihat awal yang solid, kendali ruang ganti yang stabil, Inter tampaknya tengah memulai babak baru di bawah pelatih yang tenang namun berwibawa ini.
