Jual Produk Sampai ke Dubai, Pusat Anyaman Bambu di Kabupaten Tasikmalaya Ini Bertahan di Tengah Modernisasi

pusat kerajinan anyaman bambu di Tasikmalaa
Salah seorang warga menjemur kerajinan nyaman bambu mereka, Selasa 22 Oktober 2025. (Diki Setiawan/radartasik.id)
0 Komentar

Permintaan tinggi juga datang dari wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kampung Naga, Salawu. Dalam dua bulan menjelang lebaran, omzet penjualan bisa mencapai puluhan juta rupiah. “Pernah ada pesanan 5–10 ribu anyaman bambu. Kami sampai mempekerjakan 20 warga, dan per orang bisa dapat Rp6 juta sebulan,” ujar Elis.

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya turut mendukung keberlangsungan sentra kerajinan ini melalui pelatihan dan pendampingan.

“Sentra kerajinan bambu di Kampung Cikiray ini masuk ke Industri Kecil Menengah (IKM) dan Usaha Kecil Menengah (UKM),” kata Kabid Industri Dinas Koperasi UKM, Industri, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, Emi Hermalini.

Baca Juga:Akibat Pemangkasan TKD, Realisasi Program Rumah Tidak Layak Huni di Kota Tasikmalaya Ikut TerdampakHUT Presiden Prabowo dan Kota Tasik Jadi Momentum Pengingat Perjuangan Gerindra Jawa Barat!

Menurutnya, banyak pengrajin di Salawu yang meneruskan keahlian turun-temurun dari keluarga. Pemerintah pun memberi pelatihan untuk menyesuaikan produk dengan tren pasar, seperti produk home decor berupa wadah tisu dan rantang bambu.

“Pengrajin harus terus berinovasi mengikuti kemajuan zaman dan permintaan pasar,” tambahnya.

Emi menjelaskan, UMKM berperan penting dalam menggerakkan ekonomi lokal. Produk bambu Salawu bahkan sudah masuk ke jaringan besar seperti IKEA dan Arti Kraft yang menyalurkan ke Eropa dan Timur Tengah.

Dukungan juga datang dari Bank Indonesia (BI) yang membantu memperluas akses pembiayaan bagi UMKM.

“Kami mendorong terciptanya ekosistem pembiayaan yang sehat dan inklusif,” ujar Kepala Unit Pengembangan UMKM, Keuangan Inklusif dan Syariah BI Tasikmalaya, Indah Pratiwi Mursanti.

BI bersinergi dengan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), OJK, pemerintah daerah, dan perbankan agar UMKM potensial seperti pengrajin bambu Salawu lebih mudah mendapatkan akses modal.

“Kami mencari solusi agar UMKM yang potensial bisa lebih mudah mengakses pembiayaan, terutama yang belum bankable,” ungkapnya.

Baca Juga:Minta Dukungan Pembinaan, Sekolah Sepak Bola di Kota Tasikmalaya ini Silaturahmi ke DPRDTayangan Tentang Ponpes Lirboyo Mengundang Gelombang Protes Kalangan Santri di Priatim

Kerajinan bambu Salawu bukan sekadar warisan budaya, tapi juga penggerak ekonomi masyarakat yang tetap hidup di tengah modernisasi. (Diki Setiawan)

0 Komentar