Jual Produk Sampai ke Dubai, Pusat Anyaman Bambu di Kabupaten Tasikmalaya Ini Bertahan di Tengah Modernisasi

pusat kerajinan anyaman bambu di Tasikmalaa
Salah seorang warga menjemur kerajinan nyaman bambu mereka, Selasa 22 Oktober 2025. (Diki Setiawan/radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sejak 1950-an, masyarakat Kampung Cikiray di Desa Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, dikenal sebagai “Kampung Anyaman Bambu”. Secara turun-temurun mereka mengandalkan keahlian menganyam bambu jenis tali sebagai sumber penghidupan.

Hasil kerajinan mereka telah menembus pasar nasional hingga internasional, seperti Garut, Bandung, Bali, Malaysia, Eropa, dan Dubai, Uni Emirat Arab.

Sentra kerajinan ini menjadi bagian penting dari sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Tasikmalaya karena mampu memberdayakan masyarakat lokal dan menggerakkan ekonomi daerah.

Baca Juga:Akibat Pemangkasan TKD, Realisasi Program Rumah Tidak Layak Huni di Kota Tasikmalaya Ikut TerdampakHUT Presiden Prabowo dan Kota Tasik Jadi Momentum Pengingat Perjuangan Gerindra Jawa Barat!

Kebiasaan menganyam bambu menjadi kearifan lokal yang terus dijaga. Di tengah perubahan zaman dan derasnya arus digitalisasi, para pengrajin tetap bertahan dengan menyesuaikan desain dan kebutuhan pasar. Produksi pun melibatkan banyak warga, sehingga membuka lapangan kerja baru dan mendatangkan penghasilan tambahan.

Setiap bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadan, permintaan anyaman bambu mencapai puncaknya. Ratusan pengrajin terlibat dalam produksi berbagai produk, seperti tampah, wadah kue moci, pengayak, rantang, dan vas bunga.

“Kami bisa bertahan hidup dari hasil penjualan berbagai anyaman bambu seperti tampah, wadah kue moci, pengayak, rantang, kotak tisu, tempat parcel, dan vas bunga dari bambu,” kata Iti, pengrajin berusia 67 tahun yang sudah menekuni usaha ini sejak 1970-an.

Menurutnya, hampir 70 persen dari sekitar 500 warga Kampung Cikiray bekerja sebagai pengrajin bambu.

“Jadi hampir semua warga bisa menganyam, kalau bukan istrinya, ya suaminya jadi pengrajin juga,” ujarnya sambil tersenyum.

Harga produk bervariasi, mulai dari Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per buah.

“Penghasilan sehari bisa puluhan ribu. Hasil kerajinan ada yang menampung dan dijual ke sentra Rajapolah, kebanyakan pesanan borongan,” jelasnya.

Baca Juga:Minta Dukungan Pembinaan, Sekolah Sepak Bola di Kota Tasikmalaya ini Silaturahmi ke DPRDTayangan Tentang Ponpes Lirboyo Mengundang Gelombang Protes Kalangan Santri di Priatim

Kerajinan bambu Salawu bahkan menarik perhatian publik, termasuk artis dangdut Lesti Kejora yang memesan rantang bambu untuk wadah kerudung menjelang Idulfitri 2025.

“Kalau yang banyak dipesan ke luar negeri seperti ke Malaysia bahkan Dubai itu ada rantang bambu, booket, vas bunga hingga tempat buah,” kata Elis, salah satu penggagas kerajinan bambu Salawu.

0 Komentar