Di Canio dan Padovano Adu Mulut dalam Siaran Langsung usai Juventus Dikalahkan Real Madrid

Paolo Di Canio
Paolo Di Canio Foto: Tangkapan layar Youtube
0 Komentar

Perdebatan tersebut langsung menjadi viral di media sosial Italia. Banyak penggemar yang terbelah: sebagian mendukung pandangan Di Canio yang menilai Juve kalah karena kesalahan taktik.

Sementara lainnya sepakat dengan Padovano bahwa tim asuhan Igor Tudor itu memang kehilangan karakter dan gairah bertanding.

Kekalahan 1-0 dari Real Madrid semakin memperpanjang periode buruk Juventus dan membuat peluang mereka lolos ke babak 16 besar semakin tipis.

Baca Juga:Tak Ada Jabatan yang Cocok, Galliani Sulit Kembali ke AC MilanCuma Butuh Tiga Laga di Liga Champions, Chivu Tutup Biaya Pembelian Nicola Zalewski dari AS Roma

Paolo Di Canio dan Michele Padovano sama-sama berasal dari generasi sepak bola Italia tahun 1990-an, namun perjalanan karier mereka berjalan di jalur yang cukup berbeda.

Di Canio dikenal sebagai pemain bertalenta sekaligus penuh kontroversi.

Lahir di Roma pada 9 Juli 1968, ia memulai karier di Lazio, kemudian memperkuat beberapa klub besar seperti Juventus, Napoli, dan AC Milan, sebelum menemukan popularitas besar di Inggris bersama West Ham United.

Meski memilki skil di atas rata-rata, Di Canio terkenal karena temperamennya yang meledak-ledak dan sikap provokatifnya.

Salah satu momen paling ikonik adalah ketika ia menolak bermain karena protes pada wasit di Sheffield Wednesday, dan gestur politiknya yang kontroversial saat di Lazio.

Meski tidak meraih banyak trofi besar, Di Canio dihormati karena karakter dan karismanya di lapangan.

Banyak yang menyebutnya sebagai cult hero, terutama di West Ham dan Lazio, tapi bukan “legenda besar” seperti Del Piero atau Baggio.

Sementara itu, Michele Padovano lahir di Torino pada 24 Agustus 1966 dan berposisi sebagai penyerang.

Baca Juga:Media Inggris: AC Milan Salah Besar Menjual Malick Thiaw Cuma Rp772 Miliar ke NewcastleMedia Italia: Chivu Lebih Kuasai Ruang Ganti Inter Dibandingkan Inzaghi

Ia pernah bermain untuk sejumlah klub Serie A, seperti Cosenza, Genoa, Reggiana, Juventus, dan sempat merumput di luar negeri bersama Crystal Palace di Inggris.

Puncak kariernya datang saat membela Juventus (1995–1997), di mana ia menjadi bagian dari skuad yang menjuarai Liga Champions 1996 dan Serie A.

Meski lebih sering menjadi pemain pelapis, Padovano dikenal karena kontribusinya di laga-laga penting dan kemampuannya menuntaskan peluang dengan efisien.

Namun, setelah meninggalkan Juventus, kariernya menurun tajam akibat cedera dan masalah pribadi, termasuk kasus hukum di kemudian hari yang membuat reputasinya meredup.

0 Komentar