Setahun Setelah Pencemaran, Sungai Cipajaran Masih Belum Pulih Sempurna

Pencemaran Sungai Cipajaran di Kota Tasik
Salah seorang warga menutup hidung saat mengambil sampel air Sungai Cipajaran tahun 2024 lalu. (Ayu Sabrina/radartasik.id)
0 Komentar

“Beda pisan. Dulu mah urang bisa nyekolakeun budak tina jualan ikan. Ayeuna mah ngan bisa harapan,” tutur Wawan, mantan pembudidaya ikan yang kini bekerja serabutan.

Anak-anak pun tumbuh tanpa mengenal sungai yang dulu menjadi tempat belajar alam pertama.

Orang tua mereka tak berani lagi membiarkan anak-anak bermain di air, bahkan sekadar mencelupkan kaki.

Baca Juga:HUT Presiden Prabowo dan Kota Tasik Jadi Momentum Pengingat Perjuangan Gerindra Jawa Barat!Minta Dukungan Pembinaan, Sekolah Sepak Bola di Kota Tasikmalaya ini Silaturahmi ke DPRD

“Kami trauma,” kata Eruh, sambil menatap ke arah sungai yang kini tertutup gulma.

Hari ini, Sungai Cipajaran bukan lagi tempat yang hidup. Ia sepi, berbau, dan nyaris dilupakan. Namun, bagi warga Tamansari, sungai itu tetap menyimpan kenangan masa kecil dan sumber penghidupan yang hilang.

“Cai teh sumber kahirupan, tapi ayeuna mah nyieun sieun (air itu sumber kehidupan, tapi sekarang jadi takut, red),” ujar Eruh pelan.

Cipajaran kini mengalir membawa cerita kehilangan: tentang air yang tak lagi menumbuhkan, tentang kampung yang kehilangan budaya mandi bersama, dan tentang anak-anak yang tak pernah lagi tahu rasanya bermain di sungai.

Setahun berlalu sejak pencemaran itu mencuat. Tapi bagi warga Tamansari, luka itu masih basah. Sungai mereka tak lagi mati, tapi juga tak pernah benar-benar hidup. (Ayu Sabrina)

0 Komentar