TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Ribuan santri dari berbagai pondok pesantren di Kota Tasikmalaya bakal memadati jalanan kota, dalam peringatan Hari Santri Nasional (HSN) hari ini, Rabu (22/10/2025). Sekitar 37 ribu santri dipastikan ikut serta dalam longmarch akbar, menegaskan kembali identitas Kota Tasikmalaya sebagai “Kota Santri” yang hidup dari denyut kehidupan pesantren.
menjelaskan bahwa kegiatan HSN kali ini bukan sekadar seremoni tahunan. Bagi para kiai dan santri, momen ini adalah ajang silaturahmi besar-besaran lintas pesantren, sekaligus penguatan nilai dan akhlak di tengah tantangan zaman.
“Dari 278 pesantren, ada 197 yang ikut serta dalam berbagai kegiatan. Puncaknya nanti kirab dari Gedung Kesenian menuju Masjid Agung,” ujar Ketua Forum Pondok Pesantren (FPP) Kota Tasikmalaya, KH Nono Nurul Hidayat, dalam pembukaan rangkaian acara Hari Santri di Gedung Kesenian, Senin (20/10/2025).
Baca Juga:HUT Presiden Prabowo dan Kota Tasik Jadi Momentum Pengingat Perjuangan Gerindra Jawa Barat!Minta Dukungan Pembinaan, Sekolah Sepak Bola di Kota Tasikmalaya ini Silaturahmi ke DPRD
Selain longmarch akbar yang menjadi magnet utama, peringatan HSN juga diisi dengan lomba Musabaqoh Qiroatul Kutub (MQK), yaitu ajang membaca kitab kuning yang dibagi dalam tiga tingkatan: ula (usia 12 tahun), wustho (17 tahun), dan ulya (20 tahun).
Lomba ini diikuti oleh ratusan santri dari berbagai pesantren, menggambarkan semangat keilmuan Islam yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
KH Nono menegaskan, peringatan HSN tahun ini bukan hanya bentuk penghormatan terhadap perjuangan santri di masa lalu, tetapi juga refleksi terhadap kondisi moral masyarakat hari ini. Ia menyoroti pentingnya membangun kemandirian dan memperkuat akhlak di tengah arus modernisasi yang kian deras.
“Mudah-mudahan santri ke depan bisa lebih mandiri, bisa lebih baik. Intinya akhlak. Sekarang ini, kita melihat banyak situasi di tingkat nasional yang menunjukkan menurunnya nilai moral. Maka, tugas santri adalah mengembalikan itu sesuai ajaran agama,” katanya.
Sebagai kota dengan sejarah panjang pergerakan Islam dan pendidikan pesantren, Tasikmalaya sejak lama dijuluki “Kota Santri.” Julukan itu bukan tanpa alasan: di hampir setiap kecamatan pada mulai tahun 1980-an, berdiri pondok pesantren yang menjadi pusat pendidikan agama sekaligus penggerak sosial masyarakat.