Baginya, Milan adalah simbol keanggunan dalam sepak bola, klub yang diisi pemain-pemain hebat yang ia kagumi sejak lama.
“Saya berutang segalanya kepada idola saya, Zvonimir Boban. Saya tumbuh sebagai pemain sambil mengaguminya,” ungkapnya.
“Tapi saya juga selalu mengagumi para legenda seperti Shevchenko, Kakà, Maldini, Pirlo, dan Seedorf,” tambahnya.
Baca Juga:Inter Kokoh di Papan Atas Klasemen Liga Champions, Chivu Pamer Gawang Timnya Tak Pernah KebobolanBerpotensi Ditinggal Mike Maignan, Pencari Bakat AC Milan Pantau Langsung Kiper Jepang
Dalam wawancara tersebut, Modric juga menyinggung kesannya terhadap Serie A yang menurutnya memiliki tingkat persaingan tinggi.
Ia menyebut banyaknya klub besar seperti Juventus, Inter, Napoli, Lazio, dan Roma membuat setiap pekan terasa seperti tantangan baru.
Terakhir, Modric juga mengaku terkesan dengan atmosfer San Siro, stadion bersejarah tempat Milan bermarkas.
Setelah lebih dari satu dekade bermain di Santiago Bernabéu, ia merasa San Siro memiliki pesona yang berbeda.
Ia bahkan menyebut bahwa Carlo Ancelotti, mantan pelatihnya di Real Madrid dan legenda Milan, sudah lebih dulu meyakinkannya bahwa ia akan merasa nyaman di kota mode tersebut.
“Bernabéu selalu spesial bagi saya. Saya menghabiskan tiga belas tahun di sana dengan banyak emosi yang tak bisa dijelaskan. Tapi San Siro juga stadion penuh sejarah,” tuturnya.
“Ancelotti bilang saya akan betah di sini — dan dia benar, dia salah satu yang terbaik,” pungkas Modric dengan senyum.
Baca Juga:Pio Esposito Cetak Gol Perdana di Liga Champions, Chivu: Jangan Pernah Menunggu Pemain Muda Siap BermainInter Incar Striker Muda Prancis, AC Milan Inginkan Kiper Peraih Medali Perak di Olimpiade
Bagi Luka Modric, bergabung dengan Milan bukan sekadar babak baru dalam karier panjangnya, tetapi juga bentuk penghormatan kepada para legenda yang membentuk kecintaannya pada sepak bola sejak kecil.
Kini, ia siap menulis sejarah baru dengan seragam merah-hitam yang pernah dikenakan para idolanya.