“Jelas keluarga tidak sanggup. Tapi kami tidak bisa membiarkan almarhum dikebumikan jauh dari kampung halamannya,” tutur Harun.
Pemerintah Desa Tanjungbarang pun mengambil keputusan cepat. Mereka menggunakan mobil ambulans desa untuk menjemput jenazah secara langsung ke Sumatra Selatan.
“Alhamdulillah, dengan bantuan warga yang patungan, terkumpul sekitar Rp 10 juta. Berangkatlah tim sejak Minggu malam. Biaya akhirnya hanya sekitar Rp 3 juta,” ungkap Harun.
Baca Juga:HUT Presiden Prabowo dan Kota Tasik Jadi Momentum Pengingat Perjuangan Gerindra Jawa Barat!Minta Dukungan Pembinaan, Sekolah Sepak Bola di Kota Tasikmalaya ini Silaturahmi ke DPRD
Rasa gotong royong masyarakat menjadi kunci. Beberapa warga mengantar dengan doa dan sebagian lain menyiapkan tenda di rumah duka.
“Kami hanya ingin Karmidin dimakamkan di tanah kelahirannya,” kata Harun lirih.
Berdasarkan info terakhir, pada Selasa (21/10/2025) sore, ambulans desa yang menjemput Karmidin masih dalam perjalanan.
Di balik kepulangan jenazah Karmidin itu, muncul tanda tanya besar. Sang kepala desa merasa ada kejanggalan dalam kematian warganya itu.
“Informasi yang kami terima, sebelum ditemukan (meninggal), korban sempat linglung dan masuk ke rumah warga. Kami berharap kepolisian di sana menuntaskan kasus ini secara menyeluruh,” ujarnya.
Polisi setempat telah melakukan visum dan otopsi untuk memastikan penyebab kematian. Hasilnya masih menunggu. Harun berharap proses tersebut dapat mengungkap apakah Karmidin benar-benar meninggal karena kecelakaan atau ada unsur lain.
Kisah ini menjadi pengingat kuat tentang solidaritas di tengah keterbatasan. Warga desa kecil di pelosok Tasikmalaya bergotong royong demi membawa pulang satu nyawa yang telah berpulang.
Baca Juga:Tayangan Tentang Ponpes Lirboyo Mengundang Gelombang Protes Kalangan Santri di PriatimAnggota DPRD Jawa Barat Diadukan Menghilangkan Mobil Hasil Penggelapan!
Bagi mereka, nilai kemanusiaan jauh lebih besar dari uang Rp 23 juta. Mereka percaya, siapa pun yang meninggal di tanah perantauan, layak kembali ke kampung halamannya dengan layak dan terhormat. (Ujang Nandar)