Kini, para pekerja mulai membongkar bagian atap dan dinding yang rusak. Debu dan serpihan kayu berjatuhan di sudut-sudut rumah yang selama ini ia rawat sekuat tenaga.
“Alhamdulillah, akhirnya diperbaiki juga. Kemarin juga dapat kasur baru dari Dinsos, dari bahan kayak sepatu kulit itu,” ujarnya tersenyum, menatap dinding yang kini mulai ditatah ulang.
Meski perbaikan sedang berlangsung, Dede tetap memilih tinggal di rumah itu setiap malam. Ia tak mau meninggalkan tempat yang sudah menua bersamanya.
Baca Juga:HUT Presiden Prabowo dan Kota Tasik Jadi Momentum Pengingat Perjuangan Gerindra Jawa Barat!Minta Dukungan Pembinaan, Sekolah Sepak Bola di Kota Tasikmalaya ini Silaturahmi ke DPRD
Di antara lumut yang menempel di dinding dan genteng yang berserakan, ia menunggu rumahnya kembali kokoh, satu-satunya ruang yang ia sebut rumah sejak bertahun-tahun lalu.
“Yang penting bisa istirahat tanpa bocor lagi,” katanya pelan.
Di rumah kecil yang berlumut dan nyaris runtuh itu, Dede tetap bertahan — berkawan dengan rapuh, sambil menggenggam sedikit harapan bahwa rumah ini, suatu hari nanti, benar-benar akan melindunginya lagi. (Ayu Sabrina)