Asep menyebut, pemerintah kota telah melakukan koordinasi dengan DPRD dan Badan Anggaran untuk menyesuaikan sejumlah pos belanja operasional seperti makan-minum, perjalanan dinas, pemeliharaan kendaraan, dan transportasi.
“Kalau nanti misalnya makan-minum cuma minum saja, ya seperti itu. Kita sesuaikan dengan kondisi,” ujarnya.
Dengan situasi fiskal yang menuntut efisiensi di setiap lini, Pemerintah Kota Tasikmalaya memilih untuk tidak sekadar bertahan, tetapi menata ulang arah kerja birokrasi.
Baca Juga:HUT Presiden Prabowo dan Kota Tasik Jadi Momentum Pengingat Perjuangan Gerindra Jawa Barat!Minta Dukungan Pembinaan, Sekolah Sepak Bola di Kota Tasikmalaya ini Silaturahmi ke DPRD
Dalam konteks itu, “puasa” yang digaungkan Jawa Barat menjadi cermin: bahwa kesederhanaan bukan tanda keterbatasan, melainkan cara baru untuk tetap tangguh dan melayani.
Dedi Mulyadi memperkenalkan “Menu Puasa” sebagai simbol pengendalian diri di tengah keterbatasan fiskal daerah Dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kota Tasikmalaya, Jumat (17/10/2025).
Ia menegaskan bahwa pemerintah perlu mulai menahan pengeluaran yang tidak mendesak.
“Nanti tidak ada lagi snack atau makan di Pemprov. Hanya minum,” ujarnya.
Melalui unggahan resmi Pemprov Jabar, Dedi menekankan bahwa puasa yang dimaksud bukan berarti menahan lapar. Tetapi menahan penggunaan secara berlebih dari mulai energi atau listrik, kertas, dan pemborosan lainnya.
Dalam penerapannya, ASN juga diimbau menjalankan empat “menu” sederhana yakni membiasakan bawa tumbler sendiri untuk mengurangi sampah plastik, makan pangan rebusan sebagai simbol hidup sehat dan sederhana, mematikan AC saat tak perlu, dam dan menggunakan dokumen digital menuju paperless office. (Ayu Sabrina)
