TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di tengah gempuran isu negatif terhadap dunia pesantren dan ulama yang marak di jagat maya awal Oktober ini, para santri di Kabupaten Tasikmalaya justru membalasnya dengan karya.
Sebuah buku tebal berjudul Ārā wa Afkār wa Tajārib Santri Kabupaten Tasikmalaya siap diluncurkan bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional (HSN), 22 Oktober 2025 mendatang.
Buku setebal 480 halaman itu ditulis oleh 53 santri dari 20 pesantren besar di Kabupaten Tasikmalaya. Di antaranya Pondok Pesantren Cipasung, Sukamanah, Manbaul Ulum Jamanis, Cintawana, At-Tajdid Muhammadiyah Tasikmalaya, Sukahideng, Haur Kuning, Miftahul Huda, Darussalam Rajapolah, Nurul Ihsan Cicangkudu, Al-Barokah Salawu, Miftahul Falah, dan Al-Manshuriyah Salawu.
Baca Juga:HUT Presiden Prabowo dan Kota Tasik Jadi Momentum Pengingat Perjuangan Gerindra Jawa Barat!Minta Dukungan Pembinaan, Sekolah Sepak Bola di Kota Tasikmalaya ini Silaturahmi ke DPRD
Editor buku, Asep M Tamam, yang juga akademisi sekaligus penggerak literasi pesantren Tasikmalaya, menjelaskan bahwa karya tersebut lahir dari semangat para santri untuk menunjukkan bahwa pesantren bukan sekadar tempat mengaji, tetapi juga ruang berpikir, berkarya, dan berkontribusi bagi bangsa.
“Buku ini adalah cerminan cara berpikir santri masa kini. Mereka menulis dari pengalaman nyata di pesantren, dari hasil perenungan dan interaksi sosial yang mereka jalani. Jadi bukan hanya teori, tapi benar-benar napas kehidupan santri itu sendiri,” ujar Asep M Tamam kepada Radar Tasikmalaya, Senin (20/10/2025).
Ia menuturkan, buku ini terbagi ke dalam enam bagian. Bagian pertama membahas dunia kepesantrenan, bagian kedua mengulas dunia keulamaan, bagian ketiga menyoroti peran santri dalam pendidikan, sosial, dan politik.
Bagian keempat mengangkat profil tokoh ulama lokal, nasional, hingga internasional. Bagian kelima berisi wacana keislaman dan keindonesiaan, sedangkan bagian keenam menyajikan pengalaman hidup para santri Tasikmalaya.
Menurut Asep, peluncuran buku ini diharapkan menjadi bagian penting dari puncak peringatan Hari Santri Nasional tingkat Kabupaten Tasikmalaya yang akan dipusatkan di Kecamatan Manonjaya.
“Kami sudah mengusulkan agar peluncurannya dijadikan salah satu agenda resmi HSN tingkat kabupaten. Ini bukan sekadar karya tulis, tapi juga bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada ulama dan pesantren,” tambahnya.
Lebih jauh, Asep menilai, karya ini menjadi pembuktian bahwa santri mampu merespons isu dan tantangan zaman dengan cara beradab dan produktif. Di tengah narasi yang mencoba melemahkan peran ulama dan pesantren, para santri justru menjawab dengan tulisan yang bernas, reflektif, dan menyejukkan.