Dalmat: "Inter Milan Era Ronaldo Seperti Zona Perang, Ada Klan Argentina, Prancis dan Italia"

Inter Milan
Skuad Inter Milan saat diperkuat Ronaldo Nazário dan Stéphane Dalmat Foto: Tangkapan layar Instagram@dalmat_stéphane 
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Mantan gelandang Inter Milan, Stéphane Dalmat, membuka kenangan pahit tentang perjalanan kariernya yang tak pernah mencapai puncak.

Dalam wawancara dengan program Génération After di RMC, Dalmat mengaku menyesal atas banyak keputusan yang ia buat semasa bermain, termasuk masa sulitnya di ruang ganti Inter Milan era Ronaldo.

Dalmat, yang sempat digadang-gadang sebagai salah satu talenta besar Prancis di awal 2000-an, memulai karier profesionalnya di Châteauroux, lalu bermain untuk Lens, Marseille, dan Paris Saint-Germain.

Baca Juga:Intip Gaji Petinggi Juventus di Tengah Kerugian Rp1 Triliun: Comolli Kantongi Rp18 Miliar SetahunFrancesco Totti: Aku Malu karena Meludahi Poulsen

Ia kemudian pindah ke Inter Milan yang saat itu masih diperkuat salah satu striker terbaik di dunia, Ronaldo Nazário dari Brasil.

Stéphane Dalmat sendiri bukan pemain inti di Inter Milan saat bergabung pada musim 2000/2001 di bawah pelatih Marco Tardelli dan bermain singkat di era Héctor Cúper.

Meskipun datang dengan reputasi besar sebagai salah satu talenta muda terbaik Prancis, Dalmat tidak pernah benar-benar menjadi pilihan utama.

Ia kalah bersaing di lini tengah dengan nama-nama besar seperti Clarence Seedorf, Cristiano Zanetti, Emre Belözoğlu, dan Luigi Di Biagio.

Dalmat lebih sering diturunkan sebagai rotasi atau pemain pelapis, biasanya di posisi gelandang serang atau sayap kiri.

Dalam dua musim di Inter (2000–2002), ia hanya mencatat sekitar 48 penampilan di semua kompetisi dan mencetak 3 gol.

Setelah itu, Dalmat melanjutkan kariernya di Spanyol dan kembali ke Prancis bersama Nîmes, tempat ia memutuskan gantung sepatu pada 2012.

Baca Juga:Francesco Totti: Saat Usia 12 Tahun, AC Milan Tawarkan 160 Juta Lira untuk Memboyong SayaAS Roma vs Inter Milan: Gasperini Siapkan Dybala Jadi Senjata Pamungkas dari Bangku Cadangan

Dalam wawancara tersebut, Dalmat dengan jujur menilai kesalahannya sendiri yang sering berpindah klub sebelum mencapai performa terbaiknya.

“Saya terlalu sering pindah klub dan tidak punya kontinuitas. Saya juga tidak punya orang yang bisa memberi nasihat dengan benar,” ujarnya dikutip dari Tuttomercatoweb.

“Seharusnya saya bertahan di Lens lebih lama untuk menguatkan diri, tapi saat berusia 19 tahun saya menerima tawaran dari Marseille. Siapa yang bisa menolak Marseille di usia segitu?” lanjutnya.

0 Komentar