TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pondok Pesantren (Ponpes) Cipasung melayangkan surat keberatan kepada pimpinan dan direksi Trans7 atas tayangan “Xpose Uncensored” yang dianggap menampilkan framing negatif terhadap pesantren dan ulama.
Dalam surat tersebut, keluarga besar Ponpes Cipasung menyampaikan kekecewaan dan keberatan keras atas tayangan yang disiarkan pada 13 Oktober 2025 itu.
Hal tersebut lantaran salah satu potongan videonya menayangkan cuplikan rumah Almarhum KH A Bunyamin Ruhiat —pimpinan Ponpes Cipasung masa khidmat 2012–2022— tanpa izin.
Baca Juga:Tayangan Tentang Ponpes Lirboyo Mengundang Gelombang Protes Kalangan Santri di PriatimAnggota DPRD Jawa Barat Diadukan Menghilangkan Mobil Hasil Penggelapan!
Pimpinan Ponpes Cipasung KH Ubaidillah Ruhiat BA menilai tayangan tersebut menyudutkan kehidupan pesantren dan kiai.
“Karena dalam tayangan itu disertai narasi yang merendahkan martabat ulama. Ironisnya, hal ini muncul menjelang peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2025,” ujar KH Ubaidillah.
Ia menilai, tayangan tersebut melanggar UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 36 ayat (5) yang melarang isi siaran menimbulkan kebencian atau pelecehan terhadap nilai agama, serta UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE jo UU Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 28 ayat (2) terkait larangan penyebaran informasi yang menimbulkan kebencian berdasarkan agama.
Selain itu, tayangan tersebut juga dianggap melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal 3 dan 4 tentang kewajiban menjaga objektivitas dan tidak beritikad buruk.
“Untuk itu kami menuntut permintaan maaf resmi dan terbuka dari pihak Trans7 melalui siaran televisi dan media digital, penghapusan seluruh cuplikan bermasalah dari semua platform, serta pemberian hak jawab dan klarifikasi kepada pihak pesantren dan keluarga almarhum,” tegas KH Ubaidillah.
Ia juga berharap media nasional lebih berhati-hati, beretika, dan berperan menjaga persatuan bangsa dengan menghormati nilai serta tradisi pesantren sebagai bagian dari kekayaan moral Indonesia.
Kecaman terhadap tayangan tersebut juga datang dari kalangan santri, mahasiswa, dan organisasi kepemudaan di Tasikmalaya. Mereka menilai tayangan itu mencibir adab dan kebiasaan santri kepada kiai serta membangun sentimen negatif terhadap pesantren.
Baca Juga:Masuk PNS Berprestasi Jabar, Dua ASN Kota Tasikmalaya Diuji Para Dosen Kampus TernamaKetua DPD Gerindra H Amir Mahpud Bersyukur Tokoh Jawa Barat Diangkat Jadi Wamendagri!
Santri Tasikmalaya, Diki Gungun Purnama, mengatakan, peringatan Hari Santri Nasional sering dijadikan momen oleh pihak tertentu untuk merusak citra pesantren.
Santri Tasikmalaya, Diki Gungun Purnama, mengatakan, peringatan Hari Santri Nasional sering dijadikan momen oleh pihak tertentu untuk merusak citra pesantren.