Peluang Tipis Perajin Payung Geulis di Kota Tasikmalaya: Permintaan Makin Jarang, Hanya Mengandalkan Event

pembuat payung geulis di kota tasikmalaya
Keluarga Mak Iyah masih setia membuat payung geulis meski permintaannya kini terus menurun. (Ayu Sabrina/radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Meskipun menjadi ikon Kota Tasikmalaya, payung geulis hanya menjadi simbol yang jarang dilirik produknya. Bahkan di momen HUT Kota, perajin tak mendapat kesempatan untuk menjadikannya penghidupan.

Di sebuah rumah sederhana di Kampung Panyingkiran Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, suara sapuan kuas masih terdengar lirih. Di sana, tangan renta seorang perempuan tua bernama Warkiyah yang akrab disapa Mak Iyah masih setia menari di atas kain payung geulis.

Usianya telah delapan dekade, namun matanya yang mulai rabun tak menghentikan kebiasaan lamanya, yaitu melukis bunga dan awan di atas payung tradisional yang pernah jadi kebanggaan kota kelahirannya.

Baca Juga:Tayangan Tentang Ponpes Lirboyo Mengundang Gelombang Protes Kalangan Santri di PriatimAnggota DPRD Jawa Barat Diadukan Menghilangkan Mobil Hasil Penggelapan!

Mak Iyah adalah maestro, sejak duduk di bangku sekolah dasar, ia sudah terbiasa mencoret pinggiran kertas dan potongan kanvas. Dari situ, kelak lahir ketekunan dan naluri estetik yang menghidupkan ratusan payung geulis karya tangannya. Bahkan kuas yang digunakannya terbuat dari rambutnya sendiri, alasannya karena kuas itu lebih lentur dan lebih mengenal tangan pembuatnya.

Namun, di ulang tahun Kota Tasikmalaya ke-24 tahun ini, tak ada lagi panggilan bagi Mak Iyah dan keluarganya. Tak ada pameran, tak ada panggung untuk memperlihatkan karya mereka. Tak ada pula pesanan massal yang biasanya datang setiap kali kota ini merayakan hari jadinya.

“Sekarang mah jalan di tempat. Kebutuhan payung enggak terlalu sering, ada bulan-bulannya. Dulu penjualan sampai ke luar negeri, sekarang cuma menunggu event tertentu,” ujar Sandi Mulyana, pemilik rumah produksi Payung Geulis Karya Utama yang menaungi Mak Iyah, Rabu (15/10/2025).

Sandi mengaku, geliat industri kreatif Tasikmalaya seolah kian meredup. Bukan hanya payung geulis, tapi juga pengrajin bordir, kelom, batik, hingga mendong. Biasanya, ulang tahun kota menjadi “lebaran” bagi para pelaku UMKM —pesanan datang dari dinas, dari masyarakat, dari mana saja. Tahun ini, suasananya sepi.

“Katanya acaranya dibuat sederhana, mungkin itu juga berpengaruh. Kami menghargai, tapi kami juga butuh makan. Kalau dilibatkan, ya tentu kami senang,” ujarnya.

0 Komentar