Menariknya, Sacchi juga mengungkapkan harapannya agar suatu hari Zidane kembali ke Italia, tepatnya ke Juventus, klub yang ia bela sebagai pemain antara 1996–2001.
“Dia punya jiwa Juventus, dia pernah menjadi juara di sana, punya guru seperti Marcello Lippi, dan tahu pentingnya sepak bola yang menyerang dan kolektif. Saya ingin seseorang seperti dia berada di Serie A,” ungkap Sacchi.
Menurutnya, kehadiran Zidane akan menjadi suntikan romantisme yang hilang di sepak bola Italia modern, seorang pelatih yang percaya pada permainan indah dan kerja sama tim di atas ego individu.
Baca Juga:Cetak Sejarah Raup Keuntungan Tiga Musim Beruntun, Berapa Kekayaan AC Milan?PSG Kirim Tawaran Lebih dari Rp1 Triliun untuk Gelandang AS Roma Andalan Gasperini
Pernyataan Sacchi mempertegas bagaimana Milan pada era emasnya bukan sekadar tim juara, tetapi juga sekolah sepak bola yang menginspirasi generasi pelatih berikutnya.
Gaya main menyerang, pressing agresif, dan koordinasi tim yang ia kembangkan menjadi fondasi banyak pelatih modern—termasuk Zidane.
“Teruslah menonton pertandingan-pertandingan saya di Milan, itulah jalan menuju kesuksesan,” pungkasnya.
Bagi Sacchi, warisan Milan bukan hanya trofi, tapi cara pandang terhadap sepak bola karena kemenangan bukan hasil dari sekumpulan bintang, melainkan dari tim yang bersatu demi satu tujuan.
Sebuah pelajaran yang, menurutnya, telah dipahami dengan baik oleh Zinedine Zidane.