RADARTASIK.ID – Zinedine Zidane dikenal sebagai salah satu pelatih paling sukses dalam sejarah Real Madrid modern.
Namun, di balik keberhasilannya meraih tiga trofi Liga Champions beruntun bersama Los Blancos, ada filosofi sepak bola yang disebut Arrigo Sacchi berasal dari AC Milan era 1980-an.
Dalam kolomnya untuk Gazzetta dello Sport—yang dikutip MilanNews—Sacchi menjelaskan mengapa ia melihat jejak Milan di cara Zidane melatih Madrid.
Baca Juga:Cetak Sejarah Raup Keuntungan Tiga Musim Beruntun, Berapa Kekayaan AC Milan?PSG Kirim Tawaran Lebih dari Rp1 Triliun untuk Gelandang AS Roma Andalan Gasperini
Mantan pelatih legendaris Rossoneri itu menilai Zidane belajar dari prinsip permainan tim yang menjadi dasar kejayaan Milan asuhannya.
Sacchi menegaskan bahwa kesuksesan dalam sepak bola tidak hanya datang dari mengumpulkan para pemain terbaik, melainkan dari menciptakan harmoni di antara mereka.
Ia mencontohkan pengalamannya sendiri saat berada di Real Madrid dan melihat Los Galácticos tak berhasil menjadi juara.
“Ketika saya datang ke Madrid, mereka punya Beckham, Raul, Ronaldo sang Fenomena, Zidane, dan Figo,” kata Sacchi.
“Cadangan pertamanya Michael Owen, bek kirinya Roberto Carlos. Tapi tahukah kamu apa yang mereka menangkan? Tidak ada,” lanjutnya.
“Alasannya sederhana: para juara itu tidak disatukan oleh permainan tim. Mereka hebat secara individu, tapi bukan satu kesatuan,” papaarnya.
Filosofi inilah yang menjadi dasar keberhasilan Milan-nya di akhir 1980-an—tim yang dikenal dengan permainan menyerang kolektif dan tekanan tinggi, bukan hanya deretan pemain bintang.
Baca Juga:Pernah Ribut dengan Gasperini, Mantan Striker AC Milan Sebut AS Roma Belum Layak Jadi Kandidat ScudettoLa Gazzetta: Inter Akan Naikkan Gaji Pio Esposito Hingga Rp43 Miliar
Zidane Mewarisi Pelajaran Milan
Menurut Sacchi, Zidane yang pernah menjadi pemain di era “Galácticos” memahami kekurangan pendekatan berbasis individualitas.
Ketika ia kemudian menjadi pelatih Madrid, Zidane menerapkan prinsip serupa dengan Milan-nya Sacchi dengan organisasi tim yang solid, sinergi antar-lini, dan penekanan pada kerja sama tim.
“Zidane, yang telah hidup dalam sepak bola sejak kecil, memahami pelajaran dari AC Milan dan mencoba menerapkannya saat melatih Real Madrid,” tulis Sacchi.
Pendekatan itu terbukti ampuh. Dengan kombinasi keseimbangan taktik dan keharmonisan ruang ganti, Zidane membawa Madrid memenangkan tiga Liga Champions berturut-turut, sebuah prestasi yang bahkan gagal dicapai oleh skuad “Galácticos” yang ia bela dulu.