Peserta lainnya, dr Budy Nugraha menilai proses wawancara kali ini mencerminkan sistem meritokrasi yang adil. Dia punya optimisme kandidat yang dipilih menjadi Kadinkes memang betul-betul berkompeten.
“Ini membawa angin segar. Semua ASN punya kesempatan yang sama berkarier, tergantung bagaimana memberikan kontribusi bagi Kota Tasikmalaya,” ungkapnya.
Sebagai dokter fungsional di Puskesmas, dr Budy mengaku terkejut mendapat undangan wawancara. Karena selama berkarier sebagai PNS di dinas kesehatan dia tidak pernah menduduki jabatan struktural.
Baca Juga:GP Ansor Jawa Barat Sebut Sapoe Sarebu Jadi Program Paling Aneh!Merasa Seperti Boneka, Tahu-Tahu Dipanggil, Disuruh Ikut Wawancara Calon Kepala Dinas di Kota Tasikmalaya!
“Saya orang lapangan, tidak menyangka bisa masuk calon pimpinan eselon II,” katanya.
Sementara itu, dr Titie Purwaningsari mengapresiasi mekanisme seleksi yang dianggap lebih objektif. Karena dia melihat kandidat-kandidat yang punya kompetensi di bidang kesehatan ini bukan mendaftar, tapi memang hasil pengamatan kinerja.
“Saya surprise dan memuji kinerja BKPSDM. Baru kali ini kami mendapat undangan sesuai kepantasan, bukan karena melamar,” ujarnya.
Menurutnya, pengalaman kerja dan latar belakang akademik menjadi faktor penting dalam menilai calon pimpinan dinkes. Namun pada akhirnya dia menilai bahwa hasil dari manajemen talenta ini menjadi bagian dari ketentuan Allah.
“Kalau tidak terpilih, berarti itu yang terbaik menurut Allah. Semua sudah ditentukan,” katanya.
Sementara Suryaningsih yang sudah 31 tahun mengabdi di Dinas Kesehatan mengaku siap ketika memang dipercaya memimpin dinas yang telah lama digelutinya. Meski bersaing dengan para dokter, dia cukup percaya diri dengan pengalaman dan pemahamannya di dinas kesehatan.
“Saya cukup paham struktur, potensi, dan tantangan Dinkes. Saya percaya mampu menjadi Kadinkes Kota Tasikmalaya,” tegasnya. (Rezza Rizaldi)