Setelah dicoba, warga relatif memberikan sumbangan dengan lancar setiap harinya dengan nominal Rp 1 ribu. Bahkan tingkat partisipasinya jauh melebihi target yang diestimasikan di awal. “Tadinya kan gambaran itu 50%, ternyata setelah dilaksanakan bisa dibilang 90% warga membayar dan tidak keberatan,” katanya.
Ustaz iri yang juga pemuka agama pun senantiasa memberikan motivasi dan penguatan kepada warga. Di mana Gerbu ini akan menjadi nilai kebaikan yang konsisten dari masyarakat. “Secara agama, ini memiliki nilai ibadah karena tujuannya untuk kebaikan masyarakat,” ucapnya.
Di samping itu, kondisi masing-masing keluarga juga bisa lebih terlihat karena setiap hari dikunjungi oleh petugas penghimpun. Melalui komunikasi yang baik, kondisi sosial warga-warganya pun bisa lebih mudah terdeteksi. “Dari mulai yang sedang sakit, konflik rumah tangga termasuk kesulitan uang jadi terdeteksi, karena setiap hari dikunjungi,” ucapnya.
Baca Juga:Bersama NPCI Kota Tasikmalaya, Para Pelajar Disabilitas Bawa Pulang 12 Medali dari Peparpeda Jawa Barat 2025Wali Kota Tasikmalaya Jadikan World Clean Day Sebagai Penyemangat Menjaga Jaga Lingkungan
Dengan adanya program KDM yang dinilai masih serupa, Ustaz Iri mendukung karena memang memberi kemanfaatan. Namun khusus di lingkungannya, dia enggan untuk menerapkan karena bisa tumpang tindih dan warga jadi punya beban tambahan. “Jadinya kan warga harus mengeluarkan Rp 2 ribu karena ada 2 program, khawatirnya memberatkan,” ucapnya.
Dia pun enggan jika Gerbu di lingkungannya diambil alih oleh pemerintah baik tingkat kelurahan, kecamatan atau kota. Karena bisa menurunkan kepercayaan masyarakat dan menambah beban operasional. “Kami khawatir jika diambil alih pemerintah, kepercayaan warga jadi menurun,” tuturnya.
Pengurus dari program Gerbu sekaligus Ketua RT 3 Asep Nurjamil menerangkan bahwa gerakan ini tidak berjalan secara instan. Awalnya pengurus pun ragu untuk berkeliling menagih kepada warga. “Sekarang alhamdulillah secara umum terus berjalan,” katanya.
Bendahara Gerbu Agus Semiaji menerangkan bahwa saat ini saldo terakhir tercatat nominalnya mencapai Rp 101.716.820. Jumlah bersih dan sudah dipotong pengeluaran iuran-iuran warga serta memberi upah untuk petugas yang berkeliling. “Sementara ini, dana yang ada difokuskan untuk membeli tanah pemakaman,” terangnya.
Setiap minggunya, pengurus pun mengumumkan dana masuk dan penggunaan kepada warga dalam khutbah Jumat dan pengajian mingguan ibu-ibu. Sehingga pengelolaan dana Gerbu ini dilaksanakan dengan transparan. “Jadinya warga tahu uangnya ada berapa dan digunakan untuk apa,” ucapnya.(rangga jatnika)