Enggan Ikut Program Sapoe Sarebu KDM, Pengurus RW di Kota Tasikmalaya Ini Sudah 1 Tahun Lebih Jalankan Gerbu

Gerakan sapoe sarebu, KdM, gubernur jawa barat
Pengurus Gerakan Seribu (Gerbu) RW 5 Selaawi Kelurahan Tuguraja Kecamatan Cihideung menunjukan catatan saldo bersih yang terkumpul, Senin (6/10/2025).
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kepengurusan RW 5 di Selaawi Kelurahan Tuguraja Kecamatan Cihideung keberatan dengan program rereongan Sapoe Sarebu yang dicetuskan Gubernur Kawa Barat Dedi Mulyadi. Pasalnya warga di RW ini sudah punya program serupa yang sudah dijalankan, sehingga dikhawatirkan tumpang tindih.

Program RW ini yakni Gerakan Seribu (Gerbu) di mana setiap warga diminta kerelaannya menyisihkan Rp 1.000 setiap harinya. Petugas khusus setiap harinya mendatangi rumah-rumah warga untuk menampung pembayaran, gerakan ini sudah berjalan 1 tahun 4 bulan dengan saldo bersih mencapai Rp 100 juta.

Inisiator Gerbu, Ustaz Iri Syamsuri menerangkan gagasan ini berawal dari kebutuhan warga setempat untuk menambah lahan pemakaman yang sudah semakin padat. Di sana terdapat lahan yang memang akan dijual dengan estimasi harga sekitar Rp 700 juta. “Ya rencananya warga mau membeli tanah itu dan statusnya dijadikan tanah wakaf,” ungkapnya yang juga Wakil Ketua RW 5 Selaawi.

Baca Juga:Bersama NPCI Kota Tasikmalaya, Para Pelajar Disabilitas Bawa Pulang 12 Medali dari Peparpeda Jawa Barat 2025Wali Kota Tasikmalaya Jadikan World Clean Day Sebagai Penyemangat Menjaga Jaga Lingkungan

Dengan harga yang tidak murah, langkah menghimpun dana dianggap berat karena masing-masing warga setidaknya harus menyumbang lebih di angka Rp 1 juta. Ditambah lagi warga pun punya sumbangan rutin seperti iuran kematian, posyandu dan yang lainnya. “Dari situ muncul ide gerakan seribu sehari dan saya sampaikan saat musyawarah bersama warga,” ujarnya.

Kalkulasinya saat itu, Ustaz Iri menghitung warga di RW tersebut jumlahnya mencapai 500-600 KK yang terbagi menjadi 6 RT. Dengan kepatuhan 50% warga saja, dalam sehari bisa terkumpul Rp 300 ribu dan sebulan sekitar Rp 9 juta. “Jika dihitung itu bisa menutupi iuran-iuran warga, bahkan masih ada selisih sampai Rp 4 juta,” terangnya.

Gerakan itu pun disepakati oleh para tokoh termasuk para ketua RT di Selaawi. Di mana dengan gerakan tersebut, DKM dan RT tidak perlu lagi menagih iuran atau sumbangan kepada warga yang terkotak-kotak dan bikin ribet. “Jadi warga tidak ada tagihan iuran lagi, karena iuran yang lain disisihkan dari Gerbu,” katanya.

Meskipun sudah disepakati, awalnya gerakan ini tidak mudah untuk dijalankan. Pasalnya para pengurus RT masih ragu-ragu untuk menagih kepada warga, sehingga tidak berjalan sebagaimana rencana. “Mereka bilang susah, tapi pas saya tanya ternyata belum dicoba,” ucapnya.

0 Komentar