GARUT, RADARTASIK.ID – Pemerintah Kabupaten Garut menargetkan penurunan angka pengangguran pada tahun 2025.
Meski saat ini tingkat pengangguran di Garut sudah menunjukkan penurunan, angka tersebut dinilai masih cukup tinggi dan memerlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak untuk menekannya lebih jauh.
Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Garut, tingkat pengangguran terbuka (TPT) tahun 2024 tercatat sebesar 6,96 persen, menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 7,33 persen.
Baca Juga:Viral Jalan Mengelupas di Kabupaten Garut, Begini Penjelasan Aparat PemerintahanKebakaran di Kabupaten Garut Capai 129 Kasus, Damkar Latih Warga Padamkan Api Pakai Handuk Basah
Kepala Disnakertrans Kabupaten Garut, Muksin, menyebutkan, pihaknya menargetkan TPT dapat turun ke kisaran 6,15 hingga 6,7 persen pada tahun 2025.
Ia menjelaskan, upaya penurunan angka pengangguran di Garut memerlukan kerja sama lintas sektor.
Menurutnya, tanpa dukungan dari berbagai pihak, target tersebut akan sulit tercapai.
Muksin menambahkan, beberapa faktor penting yang dapat mendorong penurunan pengangguran antara lain peningkatan investasi, pertumbuhan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta penguatan ekonomi daerah.
Ia menilai, ketiga sektor tersebut memiliki pengaruh besar terhadap kemampuan daerah dalam menciptakan lapangan kerja baru.
Namun demikian, ia mengakui masih terdapat kesenjangan antara jumlah pencari kerja dan tenaga kerja yang terserap.
Dari total pencari kerja di Garut, hanya sekitar 50 persen yang berhasil mendapatkan pekerjaan.
Baca Juga:Baru 1.600 Tenaga Honorer di Kabupaten Garut yang Dapat NIK PPPK Paruh Waktu, Bagaimana Nasib Sisanya?Garut Sabet Juara Umum di Kontes Domba Piala Presiden 2025, Harga Domba Tembus Rp 150 Juta
Dari kelompok yang terserap itu pun, sebagian besar masih harus memiliki keterampilan dasar untuk bisa beradaptasi dengan kebutuhan dunia kerja.
Melihat kondisi tersebut, Disnakertrans Kabupaten Garut berfokus pada penyediaan program pelatihan berbasis kompetensi.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan para pencari kerja yang belum terserap agar memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri.
”Makannya yang 50 persen (para pencari kerja yang belum tersalurkan) itu menjadi garapan kami untuk memprogramkan paket pelatihan kompetensi berbasis kompetensi,” ungkapnya, Selasa, 7 Oktober 2025. (Agi Sugiana)