Jika ditarik ke konteks ekonomi nasional, situasi ini menggambarkan ‘stabilitas semu’ di tengah tekanan daya beli. Inflasi bahan pangan yang sempat menurun setelah Lebaran kini mulai merangkak lagi menjelang akhir tahun, sementara sebagian besar rumah tangga masih menyesuaikan diri dengan kenaikan tarif listrik dan BBM nonsubsidi.
Kondisi ini memperlihatkan paradoks klasik: harga terkendali, tetapi kesejahteraan belum pulih. Pemerintah daerah kerap berpegang pada indikator harga stabil sebagai tanda keberhasilan, padahal di baliknya, margin hidup masyarakat semakin menipis.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan cuaca ekstrem yang berpotensi mengganggu pasokan pangan, tantangan berikutnya bukan sekadar menjaga harga tetap stabil, tapi menjaga agar stabilitas itu tetap terasa di dapur rakyat. (Ayu Sabrina)