RADARTASIK.ID – Nama Qarabag mungkin jarang terdengar di pentas utama Eropa, namun musim ini klub asal Azerbaijan tersebut mencuri perhatian dunia di Liga Champions.
Setelah secara mengejutkan menumbangkan Benfica 3-2 di Lisbon, mereka kembali membuat kejutan dengan mengalahkan wakil Denmark, Kopenhagen, 2-0.
Hasilnya membuat Qarabag mengoleksi enam poin sempurna dari dua laga awal, dan untuk sementara bercokol di delapan besar Liga Champions.
Baca Juga:Tanpa Dybala Saat Jamu Lille di Liga Europa, Jurnalis Italia Puji Keberanian GasperiniGol Telat Ramos Bawa PSG Beri Barcelona Kekalahan Perdana, Flick: Pemain Kami Kelelahan
Awal menakjubkan ini membuat Qarabag disandingkan dengan kisah-kisah kuda hitam yang sering muncul di kompetisi Eropa.
Namun, ada satu hal yang membedakan mereka dengan tim kejutan lain seperti Brest musim lalu: Qarabag bukanlah wajah baru di kancah internasional.
Mereka telah mengukir jejak di Eropa sejak tahun 2017, ketika untuk pertama kalinya lolos ke babak penyisihan grup Liga Champions.
Sejak saat itu, Qarabag rutin menonton kerasnya kompetisi antarklub Eropa, baik di Liga Europa maupun Conference League.
Dengan status sebagai juara Liga Azerbaijan sebanyak 12 kali, mereka menjadi representasi nyata sepak bola negara tersebut.
Lebih istimewa lagi, klub ini membawakan cerita yang heroik, kampung halaman mereka di Agdam hancur akibat konflik Nagorno-Karabakh, namun Qarabag tetap berdiri dan bermarkas di Baku, menjadikan sepak bola sebagai simbol ketahanan dan kebanggaan nasional.
Kekuatan Qarabag sendiri tidak lahir dalam semalam. Kunci kontinuitas terletak pada sosok pelatih Gurban Gurbanov.
Baca Juga:Daftar Pemain Terburuk Juventus Saat Ditahan Imbang Villarreal: Dari Koopmeiners hingga Jonathan DavidInter Makin Kaya, Dua Kemenangan di Liga Champions Hasilkan Dana Segar Hampir Rp1 Triliun
Pria berusia 53 tahun itu telah menakhodai klub sejak 2008, menjadikannya salah satu pelatih dengan masa jabatan terlama di Eropa.
Di bawah Arahnya, Qarabag membangun identitas permainan yang berani dan konsisten, dengan filosofi menyerang yang jarang ditemui pada tim kuda hitam.
Filosofi itu diwujudkan di lapangan lewat pemain-pemain yang penuh determinasi, salah satunya Abdellah Zoubir.
Mantan pemain Lens asal Prancis ini kini berusia 33 tahun, namun justru tengah menikmati puncak kariernya.
Zoubir telah menjadi ikon Qarabag, tercatat sebagai pencetak gol terbanyak sekaligus penyumbang assist terbanyak sepanjang sejarah klub.
Musim ini, ia tampil menonjol dengan assist krusial saat melawan Benfica dan gol penentu ke gawang Kopenhagen.