BANJAR, RADARTASIK.ID – Semangat melestarikan batik khas Kota Banjar terus dijaga oleh Hj Lalak, salah satu pengrajin yang sudah berkarya sejak 2010.
Dalam perjalanannya selama 15 tahun, ia tidak pernah lelah berinovasi dengan menghadirkan beragam motif yang berakar pada filosofi lokal.
Motif yang diciptakan di antaranya terinspirasi dari alam dan budaya sekitar, mulai dari daun Tarum, rambutan Si Batulawang, ikan Bebeong dari Sungai Citanduy, belimbing madu, rangginang, Gunung Sangkur, hingga motif bata.
Baca Juga:18 Pemain Futsal Banjar Dikirim ke BK Porprov Jabar, Wawali Targetkan Medali Emas63 Siswa SMPN 3 Kota Banjar Diduga Keracunan MBG, Wawali: Diluar Dugaan
Total, kini sudah ada sekitar 30 motif batik khas Banjar yang diperkenalkan kepada masyarakat.
Lalak menuturkan, meski perjalanan membesarkan batik khas Banjar penuh tantangan, ia berkomitmen untuk terus memperkenalkannya ke berbagai daerah.
Salah satu kendala yang ia rasakan saat ini adalah aspek pemasaran.
Dalam sebulan, rata-rata hanya satu hingga dua lembar batik yang laku terjual.
Sebagian besar pemesan adalah orang yang sudah mengenal batik khas Banjar atau membelinya sebagai buah tangan untuk tamu dari luar kota.
Meski begitu, produksi batik tidak pernah berhenti. Lalak tetap berusaha menghadirkan inovasi, termasuk mengombinasikan motif agar tampil lebih segar.
Misalnya, motif rangginang dipadukan dengan ikan Bebeong, Gunung Sangkur digabungkan dengan rerengan, atau belimbing dengan batu.
Baca Juga:Ular King Kobra Bermain-main di Parungsari Kota Banjar, Bagaimana Petugas Damkar Menaklukkannya?Kenapa Komisi I DPRD Kota Banjar Mendesak Pembatalan Pengadaan Mobil Dinas?
Baginya, meski permintaan minim, usaha ini harus tetap berjalan demi menjaga warisan budaya daerah.
Upaya Lalak ternyata membuahkan kebanggaan tersendiri.
Belum lama ini, batik motif rangginang dari Banjar dipakai dalam acara pernikahan antara warga lokal dengan warga Turki.
Fakta bahwa batik Banjar mampu menarik perhatian hingga mancanegara menjadi motivasi kuat baginya untuk terus memperjuangkan pemasaran yang lebih luas.
Ia juga mengajak masyarakat, pejabat daerah, hingga Wali Kota Banjar untuk bersama-sama menggunakan batik khas daerah.
Menurutnya, jika warga lokal saja enggan melestarikan, maka ironis ketika justru orang asing lebih bangga memakainya.
Selain pemasaran, tantangan lain yang dihadapi adalah sulitnya mencari generasi penerus.
Lalak mengaku minimnya ketertarikan anak muda untuk belajar membatik membuat kekhawatiran tersendiri.
Saat ini, ia berharap anaknya kelak bisa melanjutkan usaha ini, meskipun harapannya tetap ada regenerasi dari kalangan muda.