Media Italia: Sepak Bola Menyerang Tudor Buat Juventus Sulit Raih Kemenangan

Igor Tudor
Igor Tudor Tangkapan layar Instagram@juventus
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Juventus kembali harus puas dengan hasil imbang di Liga Champions saat melawat ke kandang Villareal.

Untuk keempat kalinya secara berturut-turut, Bianconeri gagal meraih kemenangan, dan sorotan kini mengarah pada filosofi sepak bola menyerang yang diusung Igor Tudor.

Media Italia, Calciomercato, menilai pendekatan tersebut membuat Juventus kesulitan menjaga keseimbangan permainan yang membuat mereka sering kebobolan di menit-menit akhir.

Baca Juga:Tanpa Dybala Saat Jamu Lille di Liga Europa, Jurnalis Italia Puji Keberanian GasperiniGol Telat Ramos Bawa PSG Beri Barcelona Kekalahan Perdana, Flick: Pemain Kami Kelelahan

Saat Thiago Motta masih menukangi Juve, tim tampil lebih klinis dan efektif di Eropa.

Dalam dua laga awal Liga Champions 2023/24, Juve langsung meraih enam poin berkat kemenangan yang menjanjikan atas PSV (3-1) dan Leipzig (3-2).

Namun situasi kini berbalik, tim asuhan Tudor hanya mengoleksi dua poin dari hasil imbang 4-4 ​​melawan Borussia Dortmund dan 2-2 saat menghadapi Villarreal.

Di Serie A, catatan Motta dan Tudor relatif seimbang. Musim lalu dimulai dengan dua kemenangan dan tiga kali imbang tanpa gol.

Sementara musim ini, Juve memetik tiga kemenangan penting (melawan Parma, Genoa, dan Inter) plus dua hasil imbang (Verona dan Atalanta).

Namun di Liga Champions, perbedaan jelas terlihat. Jika era Motta memberi jaminan lolos lebih dini, Tudor justru menempatkan Juventus sebagai tim Italia dengan start terburuk di kompetisi ini.

Hingga pertandingan kedua, Inter sudah mengoleksi enam poin, Napoli dan Atalanta tiga, sementara Juve tercecer dengan dua angka saja.

Baca Juga:Daftar Pemain Terburuk Juventus Saat Ditahan Imbang Villarreal: Dari Koopmeiners hingga Jonathan DavidInter Makin Kaya, Dua Kemenangan di Liga Champions Hasilkan Dana Segar Hampir Rp1 Triliun

Media Italia tersebut menilai masalah utama Juventus di bawah Tudor adalah keseimbangan.

Sejak masih melatih Verona, ia tak pernah menyembunyikan preferensinya tentang sepakbola menyerang.

“Saya lebih suka menang 4-3 daripada 1-0,” katanya tiga tahun lalu.

Filosofi itu memang memikat penonton, tapi penuh risiko. Skor 4-4 melawan Dortmund dan comeback yang berakhir imbang melawan Villarreal adalah cerminan nyata: banyak mencetak gol, tapi juga terlalu mudah kebobolan.

Skuad muda Juventus turut berpartisipasi dalam keceriaan ini. Antusiasme dan keberanian tampil menyerang sering berubah jadi blunder karena kurangnya pengalaman.

Beberapa pemain terlihat kesulitan membaca momen pertandingan, sehingga keunggulan di depan mata bisa hilang dalam sekejap.

0 Komentar