RADARTASIK.ID – Massimiliano Allegri kembali membuktikan bahwa reputasinya sebagai pelatih “usang” hanya mitos.
Dalam waktu singkat, ia berhasil mengubah wajah AC Milan yang sempat limbung di bawah Paulo Fonseca, menjadi tim yang kembali disegani di Serie A.
Statistik menunjukkan dalam 7 pertandingan resmi musim ini, Rossoneri meraih 6 kemenangan dan hanya 1 kali kalah.
Baca Juga:Capello Marah Dimarco Sindir Simone Inzaghi karena Sering Diganti: Ia Tak Menghormati PelatihBikin Pusing Wasit, FIFA Larang Timnas Norwegia Gunakan Font Khusus
Mereka mencetak 15 gol dan hanya kebobolan 3 kali. Bandingkan dengan periode yang sama musim lalu bersama Fonseca: 7 laga, hanya 2 kemenangan, 2 seri, dan 2 kekalahan, dengan catatan 15 gol dicetak namun 10 kali kebobolan.
Pergeseran ini jelas menunjukkan betapa besar dampak kehadiran Allegri.
Kunci pertama kebangkitan Milan ada pada bursa transfer. Meski manajemen dikenal lebih suka berinvestasi pada talenta muda, Allegri mendorong perekrutan pemain berpengalaman seperti Luka Modric dan Adrien Rabiot.
Kehadiran mereka bukan hanya soal kualitas di lapangan, tetapi juga soal kepemimpinan di ruang ganti dan lapangan.
Modric, dengan segudang trofi bersama Real Madrid, langsung menjadi figur sentral yang mampu menenangkan rekan setim dalam situasi sulit.
Rabiot, dengan mental juara dari Juventus dan timnas Prancis, melengkapi struktur yang dibangun Allegri.
Hasilnya, ruang ganti Milan kembali memiliki wibawa. Tidak ada lagi atmosfer kacau seperti musim lalu.
Kehadiran sosok berkarisma membuat para pemain muda lebih disiplin, sekaligus memberi tim keseimbangan antara ambisi dan pengalaman.
Baca Juga:Mengapa San Siro Baru Dibongkar pada Tahun 2031 Meski Sudah Dibeli Inter dan AC Milan?Capello: Luka Modric Punya Tanggung Jawab sebagai Pemimpin AC Milan
Jika Fonseca identik dengan permainan terbuka dan risiko tinggi, Allegri menghadirkan pendekatan berbeda: pertahanan kolektif.
Ia mengubah formasi dari 4-2-3-1 menjadi 3-5-2, lalu meminta seluruh tim bertahan sebagai satu kesatuan.
Bek Milan, Fikayo Tomori mengakuinya usai kemenangan atas Napoli.
“Pelatih meminta kami bertahan sebagai satu tim, bukan hanya para bek. Kami lebih kompak, tidak meninggalkan celah, dan tidak lagi ceroboh dalam mencuri bola,” ujarnya.
Perubahan ini terasa di lapangan. Bek yang sebelumnya sering jadi sasaran kritik, kini lebih terlindungi.
Tomori, Matteo Gabbia, hingga Strahinja Pavlovic tampil solid karena tidak lagi dibiarkan terbuka menghadapi serangan lawan.