“Pemain di posisi itu harus banyak mencuri bola, dan Luka melakukannya dengan sangat baik. Ambrosini dulu juga hebat di sana, tapi kualitas Luka jelas berada di level berbeda,” paparnya.
Komentar itu menunjukkan betapa besar peran Modric dalam sistem Allegri. Bersama duet Fofana dan Adrien Rabiot, ia membentuk lini tengah yang solid sekaligus kreatif.
Dengan pengalaman panjangnya, Modric tak hanya mengendalikan tempo, tetapi juga menjadi panutan bagi pemain Milan seperti Pulisic, Gimenez, atau bahkan Rabbiot.
Baca Juga:Dimarco Puji Chivu dan Sindir Inzaghi: Main Lebih dari 90 Menit Bikin Saya Lebih BugarAllegri Hanya Butuh 5 Laga Bersama AC Milan untuk Bungkam Kritik Dirinya Pelatih Usang
Apa yang diprediksi sebagian orang sebagai rekrutan jangka pendek kini justru berubah menjadi investasi mental dan teknis.
Modric bukan sekadar pemain veteran; ia membawa kultur kemenangan, disiplin, dan keberanian.
Sosoknya membuat Milan lebih percaya diri menghadapi lawan besar, termasuk saat menumbangkan Napoli di San Siro pekan lalu.
Dengan aura kepemimpinan yang begitu kuat, Modric kini bukan hanya gelandang berkelas dunia, tetapi juga jiwa dari Milan era Allegri.
Sebuah simbol bahwa pengalaman, jika dipadukan dengan kualitas, masih bisa menjadi pembeda di panggung sepak bola modern.