Tambak Garam Cimerak Tak Tergilas Zaman, Ekonomi Warga Pangandaran Tetap Berdenyut

Tambak Garam Cimerak
Aktivitas usaha tambak garam di Desa Masawah, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, Senin, 29 September 2025. (Deni Nurdiansah/Radartasik.id)
0 Komentar

PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Di tengah perkembangan zaman dan perubahan iklim yang kian tak menentu, tambak garam di Desa Masawah, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, tetap menunjukkan eksistensinya.

Usaha tambak garam Cimerak ini hingga kini masih menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat.

Salah satu petambak garam, Toto Ismanto, menuturkan, aktivitas tambak garam di Desa Masawah tidak lagi bisa disebut sekadar usaha musiman.

Baca Juga:Pangandaran Menargetkan Pendapatan Pariwisata Rp 45 Miliar: Hoaks dan Bencana Alam Jadi Tantangan BesarPilkades Online di Pangandaran: Solusi Baru atau Masalah Baru bagi Desa?

Menurutnya, produksi garam sudah menjadi bagian dari denyut nadi perekonomian masyarakat pesisir Masawah.

Proses produksi garam di Desa Masawah ini masih dilakukan secara tradisional.

Air laut yang menjadi bahan baku diambil langsung dari Pantai Madasari menggunakan mesin penyedot.

Setelah itu, air laut ditampung di petak-petak tambak, dijemur, dan kemudian mengalami proses kristalisasi alami.

Meski dengan teknologi sederhana, hasil garam putih yang diperoleh tetap berkualitas. ”Hasilnya tetap berkualitas dan bernilai jual,” ungkapnya kepada wartawan, Senin, 29 September 2025.

Musim kemarau menjadi masa paling ditunggu oleh para petambak.

Cuaca panas membuat proses penguapan dan kristalisasi berlangsung lebih cepat sehingga hasil panen meningkat.

Dalam satu siklus, setiap petak tambak mampu menghasilkan puluhan kilogram garam.

Baca Juga:Pangandaran Siap Menjadi Berlian Ekonomi Baru dengan Target Investasi Rp 300 MiliarPenindakan Kasus Tiket Wisata Palsu di Pangandaran Sudah Sampai Mana? Fokus Mapan Desak Bupati Turun Tangan

Namun, jumlah tersebut sangat bergantung pada luas lahan yang dimiliki serta kondisi cuaca.

Keberadaan tambak yang berada dekat dengan garis pantai memberi keuntungan sekaligus tantangan.

Di satu sisi, akses terhadap air laut lebih mudah, tetapi di sisi lain, petambak juga harus berhadapan dengan risiko dari perubahan cuaca ekstrem.

Bagi masyarakat pesisir Madasari, pengelolaan tambak garam sudah menjadi bagian dari tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

Mereka terbiasa hidup berdampingan dengan alam sekaligus memahami bagaimana cara memanfaatkan sumber daya laut secara bijak.

Selain menghasilkan produk garam, kawasan tambak di Desa Masawah juga kerap menarik perhatian wisatawan.

Letaknya yang berada di jalur lintas pesisir membuat area ini sering menjadi tempat singgah, menambah nilai lebih bagi masyarakat sekitar.

Usaha tambak garam di Cimerak membuktikan bahwa kearifan lokal dan ketekunan masyarakat pesisir masih mampu menjaga keberlangsungan tradisi sekaligus menopang ekonomi daerah. (Deni Nurdiansah)

0 Komentar