RADARTASIK.ID – Industri Air Minum dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air minum yang praktis dan higienis.
Tidak heran, banyak pengusaha baru yang tertarik masuk ke bisnis ini.
Namun sayangnya, banyak yang gagal di tengah jalan karena terjebak dalam kesalahan-kesalahan mendasar yang sebenarnya bisa dihindari.
Berikut pembahasannya:
Baca Juga:Salah Teknik Saat Menikung Bisa Berujung Fatal, Begini Cara Aman MengatasinyaSMAN 2 Bandung Kunci Kemenangan, BPK Penabur Cirebon Ukir Quadruple di Honda DBL 2025
1. Tidak Melakukan Studi Kelayakan
Banyak pelaku usaha terburu-buru mendirikan pabrik tanpa terlebih dahulu melakukan riset pasar dan analisis kompetitor.
Padahal, langkah sederhana ini sangat menentukan arah bisnis.
Tanpa data yang jelas, pengusaha seringkali kesulitan memasarkan produk, bahkan menghadapi biaya produksi yang tidak sebanding dengan pendapatan.
Inilah mengapa studi kelayakan menjadi fondasi yang tidak boleh diabaikan, karena melalui pemetaan potensi pasar hingga proyeksi keuntungan, pengusaha dapat melihat sejak awal apakah bisnis AMDK yang dijalankan benar-benar berpeluang tumbuh atau justru berisiko merugi.
2. Mengabaikan Regulasi dan Perizinan
Industri AMDK termasuk sektor yang mendapat pengawasan ketat dari pemerintah.
Setiap produsen diwajibkan memenuhi berbagai regulasi, mulai dari izin edar BPOM, sertifikasi SNI, hingga persyaratan lingkungan.
Proses ini sering dianggap sekadar formalitas, padahal justru menjadi penentu kelangsungan usaha.
Tanpa kelengkapan izin, produk bisa sewaktu-waktu ditarik dari pasar, dan reputasi perusahaan yang sudah dibangun pun ikut terancam.
Baca Juga:338 Rider Tumpah Ruah di Bandung, ADV Riders Buktikan Solid di Usia 6 TahunMandalika Racing Series 2025: AHRT Buktikan CBR600RR Masih Raja di Kelas Supersport
3. Salah Memilih Mesin Produksi
Investasi mesin sering kali dianggap sekadar urusan teknis, padahal keputusan ini bisa menentukan keberlangsungan bisnis.
Banyak pengusaha memilih mesin dengan kapasitas yang tidak sesuai kebutuhan, atau menggunakan teknologi yang kualitasnya kurang teruji.
Akibatnya, kualitas air menurun, produksi terganggu, dan biaya operasional justru membengkak.
Jika sejak awal spesifikasi mesin AMDK disesuaikan dengan skala usaha dan rencana ekspansi, investasi yang dilakukan bisa lebih efisien sekaligus menjamin kualitas produk tetap terjaga.
4. Konsistensi Kualitas yang Terabaikan
Dalam industri AMDK, kepercayaan konsumen bertumpu pada kualitas.
Sedikit saja ada perubahan rasa, kejernihan, atau kemasan, loyalitas pasar bisa langsung goyah.
Sayangnya, sebagian produsen hanya berfokus pada kuantitas produksi tanpa memperhatikan konsistensi mutu.