RADARTASIK.ID – Perubahan di kursi pelatih Inter Milan dari Simone Inzaghi ke Cristian Chivu membawa dinamika baru di tubuh Nerazzurri.
Meski sistem permainan di atas kertas tidak banyak berubah, jurnalis Italia, Pasquale Guarro menilai bahwa perbedaan gaya dan pendekatan keduanya sudah mulai terlihat jelas di lapangan maupun ruang ganti.
Dalam kolom editorialnya di Calciomercato, Guarro mengakui Inzaghi meninggalkan warisan taktik 3-5-2 yang sudah menjadi identitas Inter beberapa tahun terakhir.
Baca Juga:Camarda Cetak Gol Perdana, AC Milan Bayar Lecce Rp1,75 MiliarPio Esposito dan Camarda Cetak Gol Perdana di Serie A, Fans Inter dan AC Milan Ribut di Media Sosial
Pola ini tidak dirombak oleh Chivu, namun perbedaan terasa dari detail kecil yang perlahan membentuk wajah baru Nerazzurri.
Jika Inzaghi lebih menekankan agresivitas dan serangan cepat dengan bek sayap yang rajin naik, Chivu mencoba menyeimbangkan permainan.
Ia meminta lini belakang lebih berhati-hati agar tidak terlalu terbuka terhadap serangan balik lawan.
Fokus besar juga diberikan pada lini tengah, dengan menekan rapat dan mendistribusikan bola yang lebih terukur.
Dalam fase penguasaan bola, Chivu menolak permainan “steril” yang hanya memutar bola tanpa tujuan.
Ia mendorong tim untuk selalu mencari jalur vertikal, langsung ke striker, namun tetap menjaga keseimbangan agar tidak kehilangan bentuk.
Salah satu kritik terbesar kepada Inzaghi adalah kecenderungannya bergantung pada pemain inti, dengan rotasi minimal untuk talenta muda.
Baca Juga:De Bruyne Ngambek saat Diganti, Conte Beri Pesan Tegas: Dia Salah Memilih Orang untuk DiprotesSabatini Sanjung Penampilan Luka Modric: Ia Seperti Memainkan Biola dengan Kakinya
Hal ini membuat Inter sulit menemukan kejutan dari pemain lapis kedua di era Inzaghi.
Chivu justru mengambil pendekatan yang berbeda. Sebagai mantan pelatih tim muda, ia tidak ragu memberikan kesempatan pemain kepada belia.
Francesco Pio Esposito menjadi contoh paling nyata: penyerang 19 tahun itu sudah beberapa kali dipercaya tampil sejak awal, sebuah keputusan yang jarang diambil Inzaghi.
Pendekatan Chivu di ruang ganti juga berbeda. Ia dikenal lebih dekat dengan para pemain, menjaga komunikasi jujur, dan menekankan pentingnya kolektivitas.
Para senior pun yakin bahwa rotasi bukanlah bentuk hukuman, melainkan cara menjaga energi waktu sepanjang musim.
Setelah kekalahan di final Liga Champions dan kepergian Inzaghi, Inter sempat terlihat kelelahan baik secara fisik maupun mental.