TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Longsor menutup total jalan penghubung antar desa di Kecamatan Cigalontang, yang menghubungkan Desa Nangtang, Puspamukti, dan Pusparaja, pada Senin (29/9/2025) dini hari.
Peristiwa ini dipicu hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Desa Pusparaja, Cigalontang.
Longsor tersebut mengakibatkan satu ruas jalan utama tertutup sepanjang 20 meter, dengan ketinggian material longsor bervariasi antara 1,5-3 meter dan lebar sekitar 6 meter.
Baca Juga:Dinas PUTRLH Kabupaten Tasikmalaya Gerak Cepat Lakukan Perbaikan di Ruas Jalan Salopa-ManonjayaPastikan Tenaga Kerja Terlindungi Jaminan Sosial, Anggota DPRD Jabar Arip Rachman Sosialisasi Peraturan Daerah
Meskipun tidak ada korban jiwa, kondisi ini membuat akses transportasi terganggu total. Jalan tersebut tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.
Anggota Pusdalops BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Hendra, menjelaskan bahwa verifikasi kejadian bencana tanah longsor dilakukan pada Senin, 29 September 2025, sekitar pukul 05.00 WIB.
“Waktu kejadian longsor pada pukul 03.45 WIB, dan lokasi kejadian berada di Kampung Cikuda Maleer RT 01 RW 01, Desa Pusparaja, Kecamatan Cigalontang,” ujarnya.
Hendra menambahkan bahwa koordinasi sudah dilakukan dengan pemerintah desa setempat, RT/RW, dan tokoh masyarakat. Mereka juga telah meninjau langsung lokasi kejadian bencana.
Kemudian, kata dia, penanganan untuk membersihkan material longsor membutuhkan peralatan berat seperti beko (alat berat) serta mesin semprot dan peralatan manual seperti sekop dan cangkul.
Fajar (29), seorang warga Desa Pusparaja, menyatakan bahwa longsor ini berdampak pada beberapa desa, termasuk Pusparaja, Puspamukti, dan Nangtang.
“Jalur utama ke Kecamatan Cigalontang tertutup total karena longsor ini. Pembersihannya memerlukan alat berat dan semprotan air agar jalan tidak licin setelah dibersihkan,” katanya.
Baca Juga:Tak Bisa Hanya Fokus Jalan, Komisi III Sentil Bupati Tasikmalaya: Jangan Lupakan Pelayanan Dasar Lainnya!HTN 2025, Petani Masih Jadi Tulang Punggung Tapi Terpinggirkan: Pemda Harus Bergerak!
Fajar juga menyampaikan kekhawatirannya terkait potensi longsor susulan. “Warga dilarang melintas, bahkan untuk berjalan kaki, karena tanah masih terus bergerak. Pembersihan membutuhkan waktu, dan mungkin jalan ini akan tertutup sepanjang hari,” tambahnya.
Meskipun jalan utama tertutup, masyarakat setempat masih memiliki alternatif jalur. Kendaraan roda dua dapat melalui jalan ke Ma’rifa, sementara kendaraan roda empat diarahkan melalui jalur ke Puspamukti. Namun, alternatif ini memaksa pengendara untuk memutar arah dan menempuh jarak yang lebih jauh.
Fajar menegaskan bahwa meskipun ada alternatif jalan, kondisi jalan utama yang tertutup ini cukup mengganggu mobilitas warga, khususnya untuk kendaraan roda empat.